Minggu, 06 November 2016

Teori - Teori Motivasi



A.    Motivasi
Menurut Walgito (2004) Motivasi adalah keadaan dalam diri individu atau organisme yang mendorong perilaku ke arah tujuan. Sedangkan menurut Plotnik (2005) motivasi mengacu pada berbagai faktor fisiologi dan psikologi yang menyebabkan seseorang melakukan aktivitas dengan cara spesifik pada waktu tertentu.              


1.    Teori Motivasi Reinforcement (Penguatan)
Teori motivasi reinforcement (penguatan)  diusulkan oleh BF Skinner. Teori ini menyatakan bahwa perilaku individu adalah fungsi konsekuensinya. Hal ini didasarkan pada “hukum efek”, yaitu, perilaku individu dengan konsekuensi positif cenderung diulang, tapi perilaku individu konsekuensi negatif cenderung tidak diulang.

Teori motivasi reinforcement menghadap ke keadaan internal individu, yaitu, perasaan batin dan mengendalikan individu diabaikan oleh Skinner. Teori ini benar-benar berfokus pada apa yang terjadi kepada individu ketika ia mengambil beberapa tindakan. Dengan demikian, menurut Skinner, lingkungan eksternal organisasi harus dirancang secara efektif dan positif untuk memotivasi karyawan. Teori ini adalah alat yang kuat untuk menganalisis mengontrol mekanisme untuk perilaku individu. Namun, itu tidak berfokus pada penyebab perilaku seseorang. Setiap respon yang diikuti oleh reward akan bekerja sebagai reinforcement stimuli dan akan cenderung diulangi. Dengan kata lain reward merupakan sesuatu yang meningkatkan probabilitas timbulnya respon.
Teori motivasi reinforcement (pengutan) terdiri dari dua jenis, yaitu :
a.     Penguatan Positif (Positive Reinforcement), yaitu bertambahnya frekuensi perilaku, terjadi jika pengukuh positif diterapkan secara bersyarat.
b.   Penguatan Negatif (Negative Reinforcement), yaitu bertambahnya frekuensi perilaku, terjadi jika pengukuhan negatif dihilangkan secara bersyarat.
Implikasi teori reinforcement (penguatan)
Seorang karyawan termotivasi ketika bosnya memberikan hadiah dengan naik jabatan dengan bekerja dengan keras dan tidak boleh ada kesalahan dalam pekerjaannya dan apabila karyawan tersebut membuat kesalahan dia aan mendapatkan hukuman dengan tidak akan naik jabatan.
2.    Teori Motivasi Harapan
Victor H. Vroom, dalam bukunya yang berjudul “Work And Motivation” mengetengahkan suatu teori yang disebutnya sebagai “Teori Harapan”. Teori ini mengatakan bahwa kekuatan yang memotivasi seseorang untuk bekerja giat dalam mengerjakan pekerjaannya tergantung dari hubungan timbal balik antara apa yang diinginkan dan dibutuhkan dari hasil pekerjaan itu. Teori pengharapan berargumen bahwa kekuatan dari suatu kecenderungan untuk bertindak dengan suatu cara tertentu bergantung pada kekuatan dari suatu pengharapan bahwa tindakan itu akan diikuti oleh suatu keluaran tertentu, dan pada daya tarik dari keluaran tersebut bagi individu tersebut.
Implikasi dari Teori Motivasi Harapan
Seorang karyawan bekerja dengan giat untuk bisa memenuhi target supaya dia mendapat liburan ke suatu tempat.
3.      Teori Motivasi Tujuan
Teori ini menyatakan bahwa mencapai tujuan adalah sebuah motivator. Hampir setiap orang menyukai kepuasan kerja karena mencapai sebuah tujuan spesifik. Teori ini mengatakan bahwa kita akan bergerak jika kita memiliki tujuan yang jelas dan pasti. Dari teori ini muncul bahwa seseorang akan memiliki motivasi yang tinggi jika dia memiliki tujuan yang jelas. Sehingga muncullah apa yang disebut dengan Goal Setting (penetapan tujuan).
Implikasi teori motivasi tujuan
Teori ini mempengaruhi cara organisasi mengukur kinerjanya. Dengan menggunakan konsep penetapan tujuan yaitu adanya kejelasan, tujuan yang menantang, dan berkomitmen untuk mencapainya. Memberikan umpan balik pada kinerja. Mempertimbangkan kompleksitas tugas.
4.    Teori Motivasi Hirarki Kebutuhan Maslow Perilaku Organisasi
Menurut Maslow ada 5 jenis kebutuhan manusia yang tersusun secara bertingkat sebagai suatu hierarki yaitu:
a.       Kebutuhan – kebutuhan fisiologis (the psychological needs)
Kebutuhan fisik, misalnya : rasa lapar, haus dan tidur
b.      Kebutuhan – kebutuhan rasa aman (the safety needs/the security needs)
Kebutuhan akan keamanan, misalnya : perlindungan dari kejahatan
c.       Kebutuhan – kebutuhan rasa cinta dan memiliki (the love and belongingness needs)
Kebutuhan akan rasa cinta dan diterima, misalnya affiliasi dengan individu – individu lain dan diterima oleh individu lain
d.      Kebutuhan akan penghargaan (the self-esteem needs)
Misalnya : prestasi, kompetensi, memperoleh pengakuan dan penghargaan
e.       Kebutuhan akan aktualisasi diri (the self-actualization needs)
Pemenuhan potensi keunikan seseorang
Kebutuhan – kebutuhan tersebut dikatakan berhierarki karena kebutuhan yang lebih tinggi menuntut dipenuhi apabila kebutuhan yang tingkatnya lebih rendah sudah terpenuhi

Sumber :
Basuki, Heru (2008). Psikologi umum. Jakarta:Universitas Gunadarma
Bell Gredler, M.E. (1994). Belajar dan pembelajaran. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada
Irawan, Prasetya. (1997). Teori belajar. Jakarta: Dirjen Dikti
 


Tidak ada komentar:

Posting Komentar