A. Motivasi
Menurut
Walgito (2004) Motivasi adalah keadaan dalam diri individu atau organisme yang
mendorong perilaku ke arah tujuan. Sedangkan menurut Plotnik (2005) motivasi
mengacu pada berbagai faktor fisiologi dan psikologi yang menyebabkan seseorang
melakukan aktivitas dengan cara spesifik pada waktu tertentu.
1. Teori
Motivasi Reinforcement (Penguatan)
Teori motivasi reinforcement (penguatan) diusulkan oleh BF Skinner. Teori ini
menyatakan bahwa perilaku individu adalah fungsi konsekuensinya. Hal ini
didasarkan pada “hukum efek”, yaitu, perilaku individu dengan konsekuensi
positif cenderung diulang, tapi perilaku individu konsekuensi negatif cenderung
tidak diulang.
Teori motivasi reinforcement menghadap ke keadaan
internal individu, yaitu, perasaan batin dan mengendalikan individu diabaikan
oleh Skinner. Teori ini benar-benar berfokus pada apa yang terjadi kepada
individu ketika ia mengambil beberapa tindakan. Dengan demikian, menurut
Skinner, lingkungan eksternal organisasi harus dirancang secara efektif dan
positif untuk memotivasi karyawan. Teori ini adalah alat yang kuat untuk
menganalisis mengontrol mekanisme untuk perilaku individu. Namun, itu tidak
berfokus pada penyebab perilaku seseorang. Setiap respon yang diikuti oleh
reward akan bekerja sebagai reinforcement stimuli dan akan cenderung diulangi. Dengan
kata lain reward merupakan sesuatu yang meningkatkan probabilitas timbulnya
respon.
Teori motivasi reinforcement (pengutan) terdiri dari
dua jenis, yaitu :
a. Penguatan
Positif (Positive Reinforcement), yaitu bertambahnya frekuensi perilaku,
terjadi jika pengukuh positif diterapkan secara bersyarat.
b. Penguatan
Negatif (Negative Reinforcement), yaitu bertambahnya frekuensi perilaku,
terjadi jika pengukuhan negatif dihilangkan secara bersyarat.
Implikasi
teori reinforcement (penguatan)
Seorang
karyawan termotivasi ketika bosnya memberikan hadiah dengan naik jabatan dengan
bekerja dengan keras dan tidak boleh ada kesalahan dalam pekerjaannya dan
apabila karyawan tersebut membuat kesalahan dia aan mendapatkan hukuman dengan tidak akan naik jabatan.
2. Teori
Motivasi Harapan
Victor H. Vroom, dalam bukunya yang berjudul “Work And Motivation” mengetengahkan
suatu teori yang disebutnya sebagai “Teori Harapan”. Teori ini mengatakan bahwa
kekuatan yang memotivasi seseorang untuk bekerja giat dalam mengerjakan
pekerjaannya tergantung dari hubungan timbal balik antara apa yang diinginkan
dan dibutuhkan dari hasil pekerjaan itu. Teori pengharapan berargumen bahwa
kekuatan dari suatu kecenderungan untuk bertindak dengan suatu cara tertentu
bergantung pada kekuatan dari suatu pengharapan bahwa tindakan itu akan diikuti
oleh suatu keluaran tertentu, dan pada daya tarik dari keluaran tersebut bagi
individu tersebut.
Implikasi
dari Teori Motivasi Harapan
Seorang
karyawan bekerja dengan giat untuk bisa memenuhi target supaya dia mendapat
liburan ke suatu tempat.
3. Teori
Motivasi Tujuan
Teori ini menyatakan bahwa mencapai tujuan adalah
sebuah motivator. Hampir setiap orang menyukai kepuasan kerja karena mencapai
sebuah tujuan spesifik. Teori ini mengatakan bahwa kita akan bergerak jika kita
memiliki tujuan yang jelas dan pasti. Dari teori ini muncul bahwa seseorang
akan memiliki motivasi yang tinggi jika dia memiliki tujuan yang jelas.
Sehingga muncullah apa yang disebut dengan Goal Setting (penetapan tujuan).
Implikasi teori motivasi tujuan
Teori ini mempengaruhi cara organisasi mengukur
kinerjanya. Dengan menggunakan konsep penetapan tujuan yaitu adanya kejelasan,
tujuan yang menantang, dan berkomitmen untuk mencapainya. Memberikan umpan
balik pada kinerja. Mempertimbangkan kompleksitas tugas.
4. Teori
Motivasi Hirarki Kebutuhan Maslow Perilaku Organisasi
Menurut Maslow ada 5 jenis kebutuhan manusia yang
tersusun secara bertingkat sebagai suatu hierarki yaitu:
a. Kebutuhan
– kebutuhan fisiologis (the psychological
needs)
Kebutuhan fisik,
misalnya : rasa lapar, haus dan tidur
b. Kebutuhan
– kebutuhan rasa aman (the safety
needs/the security needs)
Kebutuhan akan
keamanan, misalnya : perlindungan dari kejahatan
c. Kebutuhan
– kebutuhan rasa cinta dan memiliki (the
love and belongingness needs)
Kebutuhan akan rasa
cinta dan diterima, misalnya affiliasi dengan individu – individu lain dan
diterima oleh individu lain
d. Kebutuhan
akan penghargaan (the self-esteem needs)
Misalnya : prestasi,
kompetensi, memperoleh pengakuan dan penghargaan
e. Kebutuhan
akan aktualisasi diri (the
self-actualization needs)
Pemenuhan potensi
keunikan seseorang
Kebutuhan
– kebutuhan tersebut dikatakan berhierarki karena kebutuhan yang lebih tinggi
menuntut dipenuhi apabila kebutuhan yang tingkatnya lebih rendah sudah
terpenuhi
Sumber :
Basuki, Heru (2008). Psikologi umum. Jakarta:Universitas
Gunadarma
Bell Gredler, M.E. (1994). Belajar dan pembelajaran. Jakarta: PT
Raja Grafindo Persada
Irawan, Prasetya. (1997). Teori belajar. Jakarta: Dirjen Dikti
Irawan, Prasetya. (1997). Teori belajar. Jakarta: Dirjen Dikti
Tidak ada komentar:
Posting Komentar