Analisis Gaya Kepemimpinan
a. Soekarno
Gaya
kepemimpinan Soekarno adalah tipe kharismatik karena dia memiliki semangat
pantang menyerah dan rela berkorban demi persatuan dan kesatuan kemerdekaan bangsanya.
Selain itu Soekarno memiliki sifat percaya diri yang kuat, penuh daya tarik
sehingga memiliki pengikut yang jumlahnya sangat besar, penuh inovatif dan
inisiatif. Sehingga dia pernah menjadi panutan bagi semua masyarakat.
b. Soeharto
Gaya
kepemimpinan Soeharto adalah gaya kepemimpinan otoriter disebut juga dengan
kepemimpinan diktaktor, dimana pemimpin adalah penguasa. Soeharto lebih
memusatkan perhatiannya ke bidang produksi tanpa memikirkan bawahannya. Pada masa
pemerintahan Soeharto rakyat tidak bisa mengutarakan pendapat mereka sehingga
kebebasan rakyat dibatasi oleh banyaknya aturan yang berlaku di masyarakat. Selain
itu pemerintahan Soeharto juga di tandai dengan praktik otoritarian dimana
tentara memiliki peran dominan.
c. Susilo
Bambang Yudhoyono
Gaya
kepemimpinan Susilo Bambang Yudhoyono adalah gaya kepemimpinan demokratis
karena dia menghargai kemampuan apa yang dimiliki oleh bawahannya dan dia juga
menerima kritikan dari beberapa pihak, berusaha mendengar pendapat dari orang
lain dan menganalisis pendapat yang dia dapat dan mengambil keputusan apakah
pendapat itu baik atau tidak. Selain itu SBY juga melibatkan anggotanya dalam
mengambil keputusan saat ada masalah tetapi keputusan tetap berada ditangannya.
d. Joko
Widodo
Gaya kepemimpinan
Joko Widodo adalah pemimpin yang berani menanggung resiko dan berani
memperjuangkan apa saja. Kepemimpinan Jokowi hampir sama dengan halnya dengan
kepemimpinan Soekarno karena Jokowi sering blusukan ketempat masyarakat yang
kurang mampu, makan bersama dengan masyarakat. Selain itu Jokowi juga jujur,
sederhana, apa adanya, turun mencari masalah dan mencari solusi dari masalah
tersebut. Gaya kepemimpinan Jokowi berbeda dengan presiden yang lainnya karena
dia ikut merasakan apa yang dirasakan oleh masyarakat dengan bermacet – macetan
di jalan, serta menumbuhkan ikatan yang lebih kuat denga masyarakat. Selain itu
Jokowi juga memiliki kepemimpinan yang melayani masyarakat dengan baik.
Psikologi Manajemen
Dosen :
Natalia Konradus
Nama Kelompok :
1.
Andinta Castine Putri (11514093)
2.
Aulia Dika Widiasi (
11514811)
3.
Brenda Amelia Panggabean (12514221)
4.
Elfa Inkabaturia Ciptanti (13514486)
Kelas : 3PA18
FAKULTAS PSIKOLOGI /
JURUSAN PSIKOLOGI
UNIVERSITAS GUNADARMA
TAHUN AJARAN 2015/2016
1.
Pengertian
Kekuasaan
Kekuasaan adalah kemampuan mempengaruhi perilaku, mengubah
peristiwa, mengatasi perilaku dan meminta orang melakukan sesuatu yang tidak
ingin mereka lakukan (Pfeffer, dalam Haryatmoko 2005:482). Kekuasaan adalah
potensi/ kapasitas dari satu pihak (agen) untuk mempengaruhi pihak lain
(target) (Robbins, dalam Haryatmoko 1996, 2:84).
Menurut C. Wright Mills, kekuasaan adalah dominasi, yaitu kemampuan
untuk melaksanakan kemauan sekalipun oranglain menentangnya (T. Liang Gie,
dalam Haryatmoko 1986:20). Menurut Max Weber, kekuasaan adalah kemampuan untuk
dalam suatu hubungan sosial, melakukan kemauan sendiri sekalipun mengalami
perlawanan dan apa-pun dasarkemampuan ini (M. Budiardjo, dalam Haryatmoko ed.,
1983:16).
Kekuasaan adalah kemampuan untuk menggunakan pengaruh pada
orang lain, artinyakemampuan untuk mengubah sikap atau tingkah laku individu
atau kelompok. Kekuasaan juga berarti kemampuan untuk mempengaruhi individu,
kelompok, keputusan, atau kejadian.
Kekuasaan adalah fakta penting dari kehidupan organisasi.
Manajer tidak hanya harus menerima dan
memahaminya sebagai bagian dari pekerjaan , tetapi harus juga belajar cara
menggunakannya tanpa menyalahgunakannya untuk mencapai sasaran sendiri dan
organisasi.
2.
Hakekat
Kekuasaan
Dalam setiap hubungan
antara manusia maupun
antar kelompok sosial,
selalu tersimpul pengertian-pengertian kekuasaan dan wewenang;
Kekuasaan, dalam istilah umum disebut sebagai
power, diartikan sebagai suatu
kemampuan untuk mempengaruhi pihak lain menurut
kehendak yang ada
pada pemegang kekuasaan
tersebut, kekuasaan itu
juga mencakup baik suatu
kemampuan untuk memerintah
(agar yang diperintah
itu patuh) .
Dalam kehidupan masyarakat
Indonesia yang masih
menyelenggarakan keberlakuan hukum
adat, biasanya pada
bentuk masyarakat yang
masih sederhana dan
jauh dari peradaban modern,
dimana semua kekuasaan,
pemerintahan, ekonomi dan
sosial dipercayakan kepada kepala-kepala
masyarakat-masyarakat hukum adat
tadi untuk seumur hidup (biasanya
juga berlaku pola pewarisan kepemimpinan). Kerana luasnya kekuasaan dan
karena besarnya kepercayaan
yang menyeluruh dari
masyarakat hukum adat kepada kepala-nya tadi, maka pengertian kekuasaan
dan pengertian orang yang memegangnya lebur menjadi satu.
Dalam bentuk masyarakat seperti ini agaknya sukar untuk
membedakan batas-batas antara
kekuasaan (yang tidak
resmi) dengan wewenang (yang
resmi) juga untuk memberikan
keputusan-keputuasan yang secara langsung maupun tidak langsung akan mempengaruhi
tindakan-tindakan pihak lainnya.
Max Weber mengatakan,
bahwa kekuasaan adalah kesempatan
dari seseorang atau sekelompok orang-orang
untuk menyadarkan masyarakat akan
kemauan-kemauannya sendiri, dengan
sekaligus menterapkannya
terhadap tindakan-tindakan perlawanan
dari orang-orang atau golongangolongan
tertentu.
Kekuasaan tersebut mempunyai
berbagai bentuk dengan
bermacam-macam sumber; hak milik
kebendaan, kedudukan, birokrasi, disamping misalnya suatu kemampuan khsusus
dalam bidang-bidang ilmu pengetahuan yang tertentu ataupun atas dasar
peraturan-peraturan hukum yang tertentu,
merupakan sumber-sumber kekuasaan.
Jadi kekuasaan terdapat dimana-mana, dalam hubungan
–hubungan sosial maupun oraganisasi-organisasi sosial, akan tetapi umumnya
kekuasaan tertinggi ada
pada organisasi yang
disebut dengan “negara”, secara resmi negara itu mempunyai
hak untuk melaksanakan kekuasaan tertinggi, kalau perlu dengan paksaan;
juga negaralah yang
membagi-bagikan
kekuasaan-kekuasaan yang lebih rendah derajatnya.
3.
Sumber-Sumber
Kekuasaan
A. Kekuasaan
Penghargaan (Reward power)
kekuasaan yang
bersumber pada kemampuan orang mengontrol sumberdaya dan memberikan imbalan
pada orang lain
B. Kekuasaan
koersif (Coercive power)
kekuasaan yang
bersumber pada kemampuan dalam menggunakan ancaman dan hukuman.
C. Kekuasaan
Legitimasi (Legitimate power)
kekuasaan yang
bersumber pada hak atau wewenang resmi dalam organisasi.
D. Kekuasaan
Keahlian (Expert power)
kekuasaan yang
bersumber pada kemampuan spesifik (keahlian) dalam bidang tertentu.
E. Kekuasaan
Referen (Referent power)
kekuasaan yang
bersumber pada ciri khas kepribadian tertentu.
4.
Strategi
Kekuasaan
A. Tahap
I :
Atasan dan bawahan
saling berupaya menciptakan saling pengaruh mempengaruhi (influence system)
B. Tahap
II :
Atasan dan bawahan
saling berupaya menciptakan rasa ketergantungan (dependency system)
C. Tahap
III :
Tercipta sistem
kepatuhan dan loyalitas (obedience and loyality system)
D. Tahap
IV :
Jika gagal atau tidak
terjadi kepatuhan atau ketidak loyalitasan, maka dipergunakan otoritas atau
kewenangan kekuasaan sebagai bagian perilaku politik
5.
Secara
Umum Ada Dua Bentuk Kekuasaan:
A. Pertama
: kekuasaan pribadi, kekuasaan yang didapat dari para pengikut dan didasarkan pada
seberapa besar pengikut mengagumi, respek dan terikat pada pemimpin.
B. Kedua
: kekuasaan posisi, kekuasaan yang didapat dari wewenang formal organisasi,besarnya kekuasaan
ini tergantung pada
besarnya pendelegasian orang
yang menduduki posisi tersebut
6.
Kekuasaan
tidak begitu saja diperoleh individu, ada 6 sumber kekuasaan menurut John
Brench dan Bertram Raven, yaitu :
A. Kekuasaan
menghargai (reward power)
Kekuasaan yang
didasarkan pada kemampuan seseorang pemberi pengaruh untuk memberi penghargaan
pada orang lain yang dipengaruhi untuk melaksanakan perintah. (bonus
sampaisenioritas atau persahabatan).
B. Kekuasaan
memaksa (coercive power)
Kekuasaan berdasarkan
pada kemampuan orang untuk menghukum orang yang dipengaruhikalau tidak memenuhi
perintah atau persyaratan. (teguran sampai hukuman).
C. Kekuasaan
sah (legitimate power)
Kekuasaan formal yang
diperoleh berdasarkan hukum atau aturan yang timbul dari pengakuanseseorang
yang dipengaruhi bahwa pemberi pengaruh berhak menggunakan pengaruhsampai pada
batas tertentu.
D. Kekuasaan
keahlian (expert power)
Kekuasaan yang
didasarkan pada persepsi atau keyakinan bahwa pemberi pengaruh mempunyai
keahlian relevan atau pengetahuan khusus yang tidak dimiliki oleh orang
yangdipengaruhi. (professional atau tenaga ahli).
E. Kekuasaan
rujukan (referent power)
Kekuasaan yang dimiliki
oleh seseorang atau kelompok yang didasarkan pada indentifikasi pemberi
pengaruh yang menjadi contoh atau panutan bagi yang dipengaruhi.
(karisma,keberanian, simpatik dan lain-lain).
F. Kekuasaan
Pengendalian Informasi (Control Of Information power)
Berasal dari
pengetahuan yang tidak dimiliki orang lain, ini dilakukan denganpemberian atau
penahanan informasi yang dibutuhkan.
7.
Bagaimana
Menangani Kekuasaan
Pandangan
kekuasaan dengan wajah negatif mengartikan kekuasaan sebagai mempunyai kekuasaan
atas diri orang lain yang kurang beruntung dan menganggap orang sebagai tidak
lebih dari pion untuk digunakan atau dikorbankan kalau ada kebutuhan untuk itu.
Pandangan ini akanmenyebabkan kegagalan bagi pengguna kekuasaan, karena orang
yang dijadikan pion cenderung akan menentang wewenang atau menerima dengan
sangat pasif. Apapun yang terjadi nilainya bagi manajer amat terbatas.
Wajah positif kekuasaan
yang paling baik dicirikan dengan perhatian untuk struktur kelompok.
Manajer akan mendorong anggota kelompok untuk mengambangkan kekuatan dan
kompetensi yang diperlukan untuk menjadi sukses sebagai individu dan sebagai
anggota dari organisasi.
8.
Karakteristik
kunci menangani kekuasaan dengan sukses (John P Kotter) :
A. Peka
terhadap sumber kekuasaan mereka,
menjaga tindakan tetapi tetap kosistendengan harapan orang.
B. Mengakui
perbedaan biaya, resiko dan manfaatdari lima kekuasaan dasar, menggunakan dasar
kekuasaan manapun yang sesuai dengan situasi atau orang tertentu.
C. Menghargai
bahwa setiap dasar kekuasaan mempunyai keunggulan, mencobamengembangkan
keterampilan dan kredibilitas mereka sehingga dapat menggunakanmetode apa pun
yang paling baik.
D. Mempunyai
sasaran karier yang membuat mereka mengembangkan dan menggunakan kekuasaan,
membuat orang merasa tergantung padanya, dan menggunakan salah satutipe
kekuasaan yang paling mungkin untuk dipakai.
E. Bertindak
secara dewasa dan mengembangkan kendali diri, menghindari menonjolkankekuasaan
secara angkuh dan mencoba untuk bertindak tidak kasar bila tidakdiperlukan.
F. Memahami
bahwa kekuasaan perlu untuk melaksanakan pekerjaan, merasa senangmenggunakan
kekuasaan untuk mendorong keberhasilan pelaksanaan tugasorganisasi. Kekuasaan menjadi mudah
terlembaga, tetapi bagi mereka yang dipercaya orang lain,memiliki kekuasaan
kelihatannya lebih mudah untuk mempengaruhi orang lain.
9.
Arti
Kunci Kekuasaan (Rosabeth Moss Kanter) :
A. Aktivitas
luar biasa, membuat perubahan, menempati suatu posisi atau berhasil
mengambilresiko yang besar akan mendorong kepemilikan kekuasaan.
B. Visibilitas,
menjadi dikenal atau memperoleh kesempatan diperkenalkan dengan
pemegangkekuasaan akan mendorong kesuksesan menggunakan kekuasaan yang
dimiliki.
C. Relevansi,
memiliki kekuasaan yang berhasil berarti mampu meyelesaikan masalahorganisasi
yang otentik atau akurat.
D. Sponsor,
mempunyai sponsor atau mentor- seseorang memberi nasehat kepada andamengenai
cara agar behasil dalam organisasi- dapat menjadi sumber kekuasan
informal,terutama bila sponsor menikmati kekuasaan yang cukup besar
10.
Bentuk-Bentuk
Kekuasaan
Bentuk dan
sistem kekuasaan pada
dasarnya selalu menyesuaikan
diri pada masyarakat dengan adat
istiadat dan pola-pola perikelakuannya, kekuasaan itu dianggap perlu ada dalam
masyarakat didasarkan pada
kekhawatiran terjadinya disintegrasi
dalam masyarakat, bentuk integrasi mana yang dipertahankan oleh tata
tertib sosial yang dianggap hanya bisa dijalankan oleh penguasa. Semakin banyaknya
jumlah manusia, sehingga orang mulai
sadar bahwa keteraturan
atau ketertiban masyarakat
tidak bisa menggunakan
pola penguasaan di bawah satu tangan, akan tetapi harus ada pembagian
kekuasaan, seperti yang dikemukakan oleh seorang ahli sosiologi, Robert M. Mc Iver,dalam Haryatmoko (1954), bahwa kekuasaan
itu ada dalam bentuk
lapisan-lapisan atau piramida.
Kekuasaan bukanlah semata-mata
berarti bahwa banyak orang
tunduk di bawah
seorang penguasa, kekuasaan
selalu berarti suatu sistem
berlapis-lapis yang bertingkat
(hierarkis). Mc. Iver
menggambarkan kekuasaan itu dalam tiga pola umum dari sistem
lapisan-lapisan atau piramida kekuasaan, yaitu :
A. Type
Kasta
Adalah suatu sistem
lapisan kekuasaan dengan garis-garis pemisah yang tegas dan kaku, tipe
semacam ini biasanya
ditemukan pada bentuk-bentuk
masyarakat yang berkasta,
dimana hampir tidak terjadi gerak sosial vertikal; garis-garis pemisah
antara masing-masing lapisan relatif tidak mungkin di tembus.Pada puncak
piramida, duduk penguasa
tertinggi dengan orang-orang
disekitarnya, yang didukung oleh
bangsawan, tentara dan para pendeta; lapisan berikutnya terdiri dari pegawai
yang bekerja di
pemerintahan; lapisan yang
paling banyak anggotanya
adalah lapisan para petani,
buruh tani yang
kemudian didikuti dengan
lapisan terendah yang
terdiri dari para budak.
B. Tipe
Oligarkhis
Hampir seperti
tipe kasta, yaitu
dengan garis-garis pemisah
yang tegas, akan
tetapi disini dasar pembedaan
kelas-kelas sosial lebih
ditentukan oleh kebudayaan
masyarakat; walaupun masih memuat
unsur pewarisan kedudukan
menurut kelahiran (ascribe
status) namun anggota masyarakat
diberikan peluang untuk
memperoleh kekuasaan-kekuasaan
tertentu, sistem yang
berlaku pada masyarakat
ini lebih memberikan
peluang mobilitas vertikal pada
warganya.Kelas menengah mempunyai warga yang paling banyak; industri,
perdagangan dan keuangan memegang peranan yang lebih penting. Ada beberapa
macam cara di mana warga-warga dari lapisan
bawah untuk naik
ke lapisan atasnya,
dan juga ada
kesempatan bagi warga-warga lapisan menengah untuk menjadi
penguasa. Tipe semacam di atas dijumpai pada masyarakat masyarakat yagn
bersifat feodal yagtelah
berkembang; satu variasi
dari tipe ke
dua ini dijumpaipada
negara-negara yang didasarkan pada aliran fasisme dan sebagian negara-negara
totaliter; bedanya adalah bahawa kekuasaan yang sebenarnya, beradadi tangan
partai politik yang mempunyai kekuasaan yang menentukan.
C. Tipe
Demokratis
Menunjuk pada
kenyataan akan adanya
garis-garis pemisah antara
lapisan-lapisan yang sifatnya mobil sekali; kelahiran tidak menentukan
seseorang harus dan bisa bagaimana, yangerpenting adalah kemampuannya dan
kadang-kadang pula faktor keberuntungan, untuk banyak kasus
terbukti berasal dari
berbagai partai politik,
yang dalam suatu
masyarakat demokratis banyak mencapai kedudukannya dengan media partai
politik ini.
Gambaran dari pola
kekuasaan tersebut di atas merupakan tipe ideal yang dalam kenyataan dan perwujudannya
tidak jarang mengalami
penyimpangan-penyimpangan,
hal mana terutama disebabkan oleh
karena setiap masyarakat mengalami perubahan-perubahan sosial dan kebudayaan.
Setipa perubahan sosial dan kebudayaan memerlukan suatu perubahan pula dalam pola
piramida kekuasaan, yaitu
untuk dapat memenuhi
kebutuhan-kebutuhan masyarakat sesuai dengan perkembangan yang
dialaminya.
11.
Unsur-Unsur
Kekuasaan
Soerjono Soekanto
(1983) mengambarkan beberapa
unsur kekuasaan yang
dapat dijumpai pada hubungan sosial antara manusia maupun antar
kelompok, yaitu yang meliputi :
A. Rasa
Takut
Perasaan takut
pada seseorang pada
orang lain menimbulkan
suatu kepatuhan terhadap segala kemauan
dan tidakan pada
orang yang ditakuti
tadi; rasa takut
ini bernuansa negatif, karena
orang tersebut tunduk
pada orang lain
dalam keadaan yang
terpaksa. Untuk menghindari dari
hal-hal yang dapat
merugikan dirinya, seseorang
atau sekelompok orang akan patuh atau berbuat apa saja sesuai dengan
keinginan fihak yang ditakutinya.
Disamping kepatuhan, adakalanya
secara disadari atau
tidak orang atau sekelompok orang
itu meniru tindakan
orang-orang yang ditakuti
(disebut sebagai matched dependend
behavior) . Rasa
takut merupakan gejala
umum yang terdapat dimana-mana, dan
bila dilekatkan pada
suatu pola pemerintahan
negara rasatakut ini biasanya dipergunakan sebaik-baiknya
dalam masyarakat dengan pemerintahan otoriter.
B. Rasa
Cinta
Unsur kekuasaan
dengan perasaan cinta
menghasilkan
perbuatan-perbuatan yang
bernuansa positif, orang-orang
dapat bertindak sesuai
dengan keinginan yang
berkuasa, masing-masing fihak tidak merasakan dirugikan satu sama lain.
Reaksi kedua belah fihak, yaitu
antara kekuasaan dan
yang dikuasai, bersifat
positif, dari keadaan
ini maka suatu sistem kekuasaan dapat berjalan dengan
baik dan teratur.
C. Kepercayaan
Suatu kepercayaan
dapat timbul sebagai
hasil hubungan langsung
dari dua orang
atau lebih, satu fihak
secara penuh percaya
pada fihak lainnya,
dalam hal ini
pemegang kekuasaan, terhadap segenap tindakan sesuai dengan peranan yang
dilakukannya; dengan kepercayaannya
ini maka orang-orang
akan bertindak sesuai
dengan apa yang dikehendaki oleh
penguasa. Unsur kepercayaan
ini penting ditumbuhkan
untuk melanggengkan suatu bentuk kekuasaan.
D. Pemujaan
Suatu perasaan cinta
atau sistem kepercayaan mungkin pada suatu saat
dapat disangkal oleh orang lain; akan tetapi dalam sistem pemujaan, maka
seseorang, sekelompok orang, bahkan
hampir seluruh warga masyarakat akan
selalu menyatakan pembenaran
atas segala tindakan dari penguasanya, ke dalam maupun ke luar
masyarakat.
12.
Saluran-Saluran Kekuasaan
Kekuasaan itu
dilaksanakan dengan melalui saluran-saluran atau media tertentu, yaitu yang
meliputi saluran :
A. Militer
Untuk melaksanakan
kekuasaannya, maka fihak
penguasa akan lebih
banyak mempergunakan pola paksaan
(coercion) serta kekuatan
militer (military force),
tujuan utamanya adalah untuk menimbulkan rasa takut dalam diri
masyarakat, sehingga mereka tunduk
kepada keinginan penguasa
atau sekelompok orang
yang dianggap sebagai penguasa; untuk
kepentingan itu, maka
seringkali di bentuk
oraganisasi dan pasukanpasukan khususyang bertindak sebagai
dinas rahasia.
B. Ekonomi
Penguasa berusaha
menguasai kehidupan masyarakat
dengan melakukan pendekatanpendekatan dengan menggunakan
saluran-saluran ekonomi; dengan pola penguasaan ini maka penguasa dapat melaksanakan peraturan-peraturannya serta
akan menyalurkan pemerintahannya
dengan disertai sanksi-sanksi tertentu. Bentuknya bisa berupa monopoli,
penguasaan sektor-sektor penting dalam masyarakat, atau penguasaan kaum buruh.
C. Politik
Melalui saluran
politik, penguasa dan
pemerintah berusaha untuk
membuat peraturanperaturan yang
harus ditaati oleh masyrakat, caranya antara lain dengan meyakinkan atau
memaksa masyarakat untuk
mentaati peraturan-peraturan yangdibuat
oleh badan-badan yang berwenang
dan sah.
D. Tradisi
Saluran tradisi
ini biasanya merupakan
saluran yang paling
disukai, karena ada keselarasan antara nilai-nilai yang
diberlakukan dengan kebiasaan-kebiasaan atau tradisi dalam suatu masyarakat,
sehingga pelaksanaan kekuasaan dapat berjalan dengan lancar.
E. Ideologi
Penguasa-penguasa dalam
masyarakat biasanya mengemukakan
serangkaian ajaranajaran atau
doktrin-doktrin, yang bertujuan
untuk menerangkan dan
sekaligus memberi dasar pembenaran
bagi pelaksanaan kekuasaannya;
hal itu dilakukan
agar supaya kekuasaannya dapat
menjelma menjadi wewenang. Setiap penguasa akan berusaha untuk dapat menerangkan
ideologinya tersebut dengan
sebaik-baiknya sehingga melembaga (institutionalized) bahkan
mendarah daging (internalized) dalam
diri warga-warga masyarakat.
F. Saluran-saluran
lain
Untuk lebih
menyalurkan pengaruhnya, penguasa
biasanya tidak hanya
terbatas menggunakan saluran-saluran seperti di atas, tetapi menggunakan
berbagai saluran lain, yaitu yang berupa
komunikasi massa baik
berupa iklan, pamflet,
surat kabar, radio, televisi, pagelaran
musik, atau apa
saja yang dapat
menarik simpati massa.
Kemajuan yang sangat pesat di bidang teknologi alat-alat komunikasi
massa, menyebabkan bahwa saluran
tersbut pada akhir-akhir
ini dianggap sebagai
media primer sebagai
saluranpelaksanaan kekuasaan.
13.
Cara-Cara
Mempertahankan Kekuasaan
Sepertinya sudah menjadi kesepakatan orang banyak, bahwa untuk
menyelenggarakan
suatu bentuk
kehidupan dari orang-orang
atau kelompok-kelompok orang
dalam suatu persekutuan, memerlukan
pengaturan dalam bentuk
norma-norma atau hukum
yang pelaksanaannya dipegang oleh
seseorang atau orang-orang
tertentu dalam masyarakat tersebut; penyelenggaaan ini
bisa atas dasar
rasa cinta, takut,
pemujaan atau kepercayaan.
Orang atau kelompok
orang yang memegang
kekuasaan sadar bahwa
selain kewajibankewajiban yang
menjadi tanggung jawabnya,
dia atau mereka
juga diberikan semacam fasilitas dan hak-hak tertentu yang
lebih dari orang-orang kebanyakan, dan penguasa juga sadar bahwa kekuasaannya
itu pada suatu waktu mungkin akan akan hilang karena berbagai sebab; atas dasar
kesadarannya inilah yang biasanya menjadi pemikiran dasar bahwa sedapat mungkin
dia atau mereka mempertahankan kekuasaanya, untuk tujuan itu ditempuh beberapa
cara agar kekuasaan itu
dipertahankan, yaitu melalui :
A. Menghilangkan segenap
peraturan-peraturan lama, terutama
dalam bidang politik, yang
dianggap merugikan kedudukan
penguasa.;
peraturan-peraturan tersebut akan
digantikannya dengan peraturan-peraturan baru
yang akan menguntungkan penguasa; keadaan tersebut
biasnya terjadi pada waktu akan ada pergantian kekuasaan dari seorang penguasa
kepada penguasa yang lain,
B. Mengadakan sistem-sistem
kepercayaan yang akan
dapat memperkokoh kedudukan penguasa ataugolongannya,
sistem-sistem itu meliputi ideologi, agama dan lainnya,
C. Menyelenggarakan administrasi
dan birokrasi yang
baik, yang dianggap
lebih memudahkan kehidupan orang banyak.
D. Senantiasa
mengadakan konsolidasi secara horisontal dan vertikalSecara khusus cara-cara
penguasa dalam memperkuat kedudukannya yaitu dengan menguasai
bidang-bidang kehidupan tertentu,
misalnya menguasai bidang ekonomi dengan
cara memperluas pasaran-pasaran perdagangan,
menambah tenaga kerja, menaikan
produksi, mengadakan perlindungan
terhadap barang-barang produksi
dan sebagainya; hal ini biasanyadilakukan dengan cara damai,
E. Menguasai
bidang-bidang kehidupan pokok dalam masyarakat dengan cara kekerasan atau paksaan.
Maksudnya adalah untuk
menghancurkan atau menguasai
pusat-pusat kekuasaan di bidang-bidang
kehidupan. Biasanya cara-cara
ini tidak dapat
bertahan lama, karena pada suatu saat pasti timbul reaksi yang akan
menghancurkan kekuasaan yang ada, selain bahwa kekuasaan dengan tipe demikian
tidak akan bertahan lama, karena penguasa juga mempunyai batas-batas kemampuan
akan kekuatannya.
Para penguasa
biasanya mempunyai keahlian
di bidang-bidang tertentu,
seperti di bidang politik,
ekonomi, militer dan
sebagainya; kekuasaan yang
dipegang seorang ahli politik
misalnya, adalah terutama
mencakup di bidang
politik saja. Keadaan
semacam demikian, yaitu apabila
penguasa hanya menguasai
bidang-bidang tertentu, menyebabkan bahwa dia lebih mudah untuk
digulingkan. Oleh sebab itu seorang penguasa seharusnya dapat pula menguasai
bidang-bidang lain, selain
dari kemampuannya dalam
bidang tertentu. Apabila dia
merasa tidak sanggup
untuk menguasai bidang-bidang
kehidupan masyarakat, maka seyogyanya
dia mendekati pihak-pihak
lain yang ahli
dan mengajak mereka
untuk membentuk the rulling class tersendiri.
Melihat hal-hal tersebut
di atas, maka
suatu kecenderungan bahwa
kekuasaan itu bersifat kumulatif,
artinya bertumpuk atau
berkumpul dalam suatu
tangan penguasa atau sekelompok orang-orang, merupakan hal
yangwajar dalam berbagai masyarakat. Dan apabila dalam salah
satu bidang kehidupan
terdapat orang kuat
yang berkuasa, maka
timbul suatu pusat kekuasaan;
untuk mengimbangi keadaan ini,
masyarakat kemudian membentuk suatu pusat-pusat
kekuasaan lainnya, yang
disebut sebagai oposisi,
perkara sehat atau
tidaknya oposisi ini, merupakan
soal lain. Konkurensi
terhadap kekuasaan yang
pada suatu saat memegang
tampuk pemerintahan, akan
selalu ada. Apakah
konkurensi itu diberlakukan secara bebas atau
terbatas,semuanya tergantung dari struktur masyarakat.
KEPEMIMPINAN
(LEADERSHIP)
1.
Definisi
Kepemimpinan
Kepemimpinan dapat
diartikan sebagai proses
mempengaruhi dan mengarahkan para pegawai
dalam melakukan pekerjaan
yang telah ditugaskan
kepada mereka. Sebagaimana didefinisikan
oleh (Stoner, Freeman,
dan Gilbert dalam Nahiyah 1995).
Kepemimpinan adalah the process
of directing and
influencing the task
related activities of
group members. Kepemimpinan adalah
proses dalam mengarahkan
dan mempengaruhi para anggota
dalam hal berbagai
aktivitas yang harus
dilakukan. Lebih jauh
lagi, (Griffin, dalam Nahiyah 2000) membagi
pengertian kepemimpinan menjadi
dua konsep, yaitu
sebagai proses, dan sebagai
atribut. Sebagai proses,
kepemimpinan difokuskan kepada
apa yang dilakukan oleh
para pemimpin, yaitu
proses di mana
para pemimpin menggunakan pengaruhnya untuk
memperjelas tujuan organisasi
bagi para pegawai,
bawahan, atau yang dipimpinnya,
memotivasi mereka untuk mencapai tujuan
tersebut, serta membantu menciptakan
suatu budaya produktif
dalam organisasi. Adapun
dari sisi atribut, kepemimpinan adalah
kumpulan karakteristik yang
harus dimiliki oleh
seorang pemimpin. Oleh karena itu, pemimpin dapat didefinisikan sebagai
seorang yang memiliki kemampuan
untuk mempengaruhi perilaku
orang lain tanpa
menggunakan kekuatan, sehingga orang-orang
yang dipimpinnya menerima
dirinya sebagai sosok
yang layak memimpin mereka.
Selain itu banyak juga pendapat dari para tokoh mengenai arti dari kepemimpinan
ini, yaitu:
A. Kepemimpinan
adalah pengaruh antar pribadi yang dijalankan dalam suatu situasi tertentu,
serta diarahkan melalui proses komunikasi, kearah pencapaian satu atau beberapa
tujuan tertentu. (Tannenbaum, Weschler, & Massarik, 1961:24).
B. Kepemimpinan adalah
pembentukkan awal serta
pemeliharaan struktur dalam harapan dan interaksi (Stogdill,
1974:411).
C. Kepemimpinan
adalah peningkatan pengaruh sedikit demi sedikit pada dan berada di atas
kepatuhan mekanis terhadap pengarahan rutinorganisasi ( Katz & Kahn,
1978:528).
D. Kepemimpinan adalah
proses mempengaruhi aktifitas
sebuah kelompok yang diorganisasi kea rah pencapaian tujuan (
Rauch & Behling, 1984:46)
E. Kepemimpinan adalah
sebuah proses memberi
arti (pengarahan yang
berarti) terhadap usaha kolektif
dan yang mengakibatkan
kesediaan untuk melakukan usaha yang diinginkan untuk
mencapai sasaran ( Jacob&Jacques, 1990:281)
F. Para pemimpin
adalah mereka yang
secara konsisten memberi
kontribusi yang efektif terhadap
orde social dan
yang diharapkan dan
dipersepsikan melakukannya (Hosking, 1988:153)
G. Kepemimpinan sebagai
sebuah proses pengaruh
social yang dalam hal ini pengaruh
yang sengaja dijalankan
oleh seseorang terhadap
orang lain untuk menstruktur aktifitas-aktifitas serta
hubungan-hubungan sebuah kelompok
atau organisasi (Yukl, 1994:2).
2.
Perkembangan
Kepemimpinan
Kepemimpinan merupakan
hasil dari organisasi sosial
yang telah terbentuk
dan sebagai hasil dari dinamika interaksi sosial. Sejak dulu kala
terbentuknya suatu kelompok sosial dari
beberapa orang di
antara warga-warga yang melakukan
peranan lebih aktif darirekan-rekannya, sehingga beberapa orang tampak
lebih menonjol dari yang
lainnya. Itulah asal
mula timbulnya kepemimpinan, yang
kebanyakan timbul dan
berkembang dalam struktur sosial
yang kurang stabil.
Munculnya seorang pemimpin
sangat diperlukkan dalam
keadaan-keadaan di mana
tujuan dari kelompok sosial
yang bersangkutan terhalang
dan apabila kelompok mengalami
ancaman-ancaman dari luar.
Dalam keadaan seperti itu
sulit bagi kelompok yang
bersangkutan untuk
menentukkan langkah-langkah yang
harus diambil dalam
mengatasi kesulitan yang dihadapinya.
Munculnya seorang pemimpin merupakkan hasil dari suatu proses
yang dinamis sesuai dengan kebutuhan-kebutuhan kelompok
tersebut. Apabila dalam
saat tersebut muncul seorang
pemimpin, maka kemungkinan
besar kelompok tersebut
akan mengalami suatu disintegrasi.
Tidak munculnya pemimpin
mungkin karena seorang individu
yang diharapkan menjadi
pimpinan, ternyata tidak
berhasil membuka jalan bagi
kelompoknya untuk mencapai
tujuan dan bahwa
kebutuhan warganya tidak terpenuhi.
3.
Perilaku
Kepemimpinan
A. Mengatakan
:
1) Pemimpin
memastikan masalah menyelidiki, mengkaji, dan menjelaskan fakta. Setelah itu
mempertimbangkan pemecahan masalah alternatif dan memilih satu cara pemecahan
yang dinilai paling tepat.
2) Anggota
diberitahu apa yang harus dilakukan. Pendapatan anggota dimungkinkan untuk
tidak dipertimbangkan.
B. Menghimbau
:
1) Pemimpin
membuat keputusan
2) Ada
himbauan agar anggota menerima keputusan itu.
3) Ada
penjelasan atas manfaat dari keputusan itu.
C. Konsultasi
:
1) Pimpinan
memberitahu permasalahan kepada anggota dan minta saran pemecahan masalah.
2) Saran
anggota dapat menjadi cara pemecahan masalah sementara.
3) Pemimpin
setelah mempertimbangkan saran memutuskan cara yang terbaik
D. Bergabung
:
1) Pemimpin
membicarakan masalah dan menerima keputusan anggota.
2) Pemimpin
memberikan batasan yang kemudian menggiring pada keputusan akhir
E. Memberi
:
Pemimpin menyerahkan
pembicaran dan pemecahan masalah yang memuaskan dan diinginkan oleh anggota.
Pemimpin mendukung keputusan asal wajar dan ada dalam batas-batas yang
ditetapkan sebelumnya.
4.
Fungsi
Kepemimpinan
A. Pemimpin
sebagai eksekutif ( executive Leader)
Disebut sebagai
administrator atau manajer.
Fungsinya adalah melakukan
kebijaksanaan menjadi suatu
kegiatan, memimpin dan mengawasi tindakan orang-orang
yang menjadi bawahannya, membuat keputusan-keputusan yang kemudian
memerintahkannya untuk dilaksanakan.
Kepemimpinan banyak ditemukan
didalam masyarakat dan
biasanya bersifat kepemerintahan, mulai
dari pusat sampai ke
daerah-daerah memerlukkan fungsi tersebut.
B. Pemimpin
sebagai penengah
Dalam masyarakat
modern, tanggung jawab keadilan terletak di tangan pemimpin dengan keahliaanya
yang khas dan
ditunjuk secara khusus disebut dengan pengadilan.
C. Sebagai propagandis,
sebagai juru bicara,
atau sebagai pengarah
opini
Merupakkan orang-orang
penting dalam masyarakat.
Mereka bergerak dalam
bidang komunikasi dan publistik yang menguasai ilmu komunikasi.
Penganjur adalah sejenis
pemimpin yang memberi
inspirasi kepada orang
lain. Seringkali ia merupakkan orang yang pandai bergaul dan fasih
berbicara.
D. Pemimpin
sebagai ahli
Pemimpin sebagai
ahli dapat dianalogikan
sebagai instruktur atau
seorang juru penerang, berada
dalam posisi yang
khusus dalam hubungannya
dengan unit sosial dimana dia bekerja. Kepemimpinannya
hanya berdasarkan fakta dan hanya pada bidang dimana terdapat fakta. Termasuk
dalam kategori ini adalah guru, petugas
sosial, dosen, dokter, ahli hukum, dan sebagainya yang mencapai dan memelihara
pengaruhnya karena mereka mempunyai pengetahuan untuk diberikkan kepada orang
lain
E. Pemimpin
diskusi
Tipe pemimpin yang
seperti ini dapat dijumpai dalamlingkungan kepemimpinan yang demokratis dimana
komunikasi memegang peranan yang sangat
penting. Seseorang yang secara lengkap
memenuhi kriteria kepemimpinan
demokratis ialah orang
yang menerima peranannya sebagai pemimpin diskusi.
5.
Tipe
– Tipe Kepemimpinan
A. Tipe
Otokratik
Dilihat dari
persepsinya seorang pemimpin
yang otokratik adalah
seorang yang sangat egois.
Seorang pemimpin yang
otoriter akan menunjukkan
sikap yang menonjol ”keakuannya”,
antara lain dalam bentuk:
1) Kecenderungan memperlakukan
para bawahannya sama
dengan alat-alat lain ddalam
organisasi, seperti mesin,
dan dengan demikian
kurang menghargai harkat dan martabat mereka.
2) Pengutamaan
orientasi terhadap pelaksanaan dan penyelesaian tugas tanpa mengaitkan
pelaksanaan tugas itu dengan kepentingandan kebutuhan para bawahannya.
3) Pengabaian
peran para bawahan dalam proses pemgambilan keputusan.
a. Gaya
kepemimpinan yang dipergunakan adalah:
a) Menuntut
ketaatan penuh dari bawahannya.
b) Dalam
menegakkan disiplin menunjukkan keakuannya.
c) Bernada
keras dalam pemberian perintah atau instruksi.
d) Menggunakan pendekatan
punitif dalam hal
terjaduinya penyimpangan oleh
bawahan.
B. Tipe
Paternalistik
Tipe pemimpin
paternalistik hanya terdapat
dilingkungan masyarakat yang bersifat
tradisional, umumnya dimasyarakat
agraris. Salah satu ciri
utama masyarakat tradisional ialah
rasa hormat yang
tinggi yang ditujukan
oleh para anggota masyarakat
kepada orang tua
atau seseorang yang
dituakan. Pemimpin seperti ini
kebapakan, sebagai tauladan atau panutan masyarakat. Biasanya tokohtokoh adat,
para ulama dan
guru. Pemimpin ini
sangat mengembangkan sikap kebersamaan.
C. Tipe
Kharismatik
Tidak banyak
hal yang dapat
disimak dari literatur
yang ada tentang
kriteria kepemimpinan yang kharismatik.
Memang ada karakteristiknya yang
khas yaitu daya tariknya yang
sangat memikat sehingga mampu memperoleh pengikut yang jumlahnya kadang-kadang
sangat besar. Tegasnya
seorang pemimpin yang kharisnatik adalah seseorang yang
dikagumi oleh banyak pengikut meskipun para pengikut tersebut
tidak selalu dapat
menjelaskan secara konkret
mengapa orang tersebut dikagumi.
D. Tipe
Laissez
Faire Pemimpin ini
berpandangan bahwa umumnya
organisasi akan berjalan
lancar dengan sendirinya karena
para anggota organisasi
terdiri dari orang-orang
yang sudah dewasa yang
mengetahui apa yang
menjadi tujuan organisasi,
sasaransasaran apa yang ingin dicapai, tugas yang harus ditunaikan oleh
masing-masing anggota dan pemimpin tidak terlalu sering intervensi.
E. Tipe
Demokratis
1) Pemimpin yang
demokratik biasanya memandang
peranannya selaku koordinator dan
integrator dari berbagai unsur dan komponen organisasi.
2) Menyadari
bahwa mau tidak mau organisasi harus
disusun
sedemikian rupa sehingga menggambarkan secara jelas aneka ragam tugas dan
kegiatan yang tidak bisa tidak harus dilakukan demi tercapainya tujuan.
3) Melihat
kecenderungan adanya pembagian peranansesuai dengan tingkatnya.
4) Memperlakukan
manusia dengan cara yang manusiawi dan menjunjung harkat dan martabat manusia.
6.
Ciri
– Ciri Kepemimpinan
Banyak ciri-ciri
pemimpin dan kepemimpinan yang ditampilkan oleh para pakar yang meliputi
ciri-ciri fisik, ciri-ciri
intelektual, dan ciri-ciri
kepribadian. Dr.W.A. Gerungan
telah mengetengahkan ciri-ciri yang dimiliki oleh kebanyakan pemimpin yang
baik dan
dijadikan perhatian para
penilai ketika sedang
melaksanakan penyaringan
terhadap calon-calon pemimpin
dalam latihan-latihan kader kepemimpinan. Penjelasannya sebagai berikut:
A. Persepsi
Sosial
Persepsi sosial dapat
diartikan sebagai kecakapan dalam melihat dan memahami perasaan, sikap
dan kebutuhan anggota-anggota kelompok.
Kecakapan ini sangat dibutuhkan untuk
memenuhi tugas kepemimpinan.
Persepsi sosial ini
terutama diperlukkan oleh seorang
pemimpin untuk dapat
melaksanakan tugasnya dalam memberikan pandangan
dan patokkan yang
menyeluruh dari keadaan-keadaan didalam dan diluar kelompok.
B. Kemampuan
berpikir abstrak
Kemampuan berpikir
abstrak dapat menjadikkan
indikasi bahwa seseorang mempunyai kecerdasan
yang tinggi. Kemampuan
abstrak yang sebenarnya merupakan salah satu segi dari struktur
intelegensi, khusus dibutuhkan oleh seorang pemimpin untuk dapat menafsirkan
kecenderungan-kecenderungan
kegiatan di dalam
kelompok dan keadaan umum diluar
kelompok dalam hubungannya degan tujuan kelompok. Ini berarti
bahwa ketajaman persepsi
dan kemampuan menganalisis
didampingi oleh kemampuan abstrak dan mengintegrasikan fakta-fakta
interaksi sosial didalam dan diluar
kelompok. Kemampuan tersebut memerlukan taraf intelegensia yang tinggi pada seorang pemimpin
yang harus diarahkan
oleh persepsi sosial yang
telah diterangkan diatas.
C. Keseimbangan
emosional
Merupakan faktor
paling penting dalam
kepemimpinan. Jelasnya, pada diri seorang
pemimpin harus terdapat
kematangan emoional yang berdasarkan
kesadaran yang mendalam akan
kebutuhan-kebutuhan,
keinginan-keinginan,
cita-cita, dan alam perasaan, serta
pengintegrasian kesemuanya itu
kedalam suatu kepribadian
yang harmonis. Dan ini bukanlah suatu kepribadian harmoni yang beku dan
statis, melainkan suatu harmoni dalam
ketegangan-ketegangan emosional, suatu
keseimbangan yang dinamis, yang
dapat bergerak kemana-mana,
tetapi mempunyai dasar yang matang dan stabil. Kematangan emosional ini
diperlukkan oleh seorang pemimpin untuk dapat turut merasakan keinginan dan
cita-cita anggota kelompok dalam rangka
melaksanakan tugas kepemimpinan dengan sukses.
7.
Teori
Kepemimpinan
Teori kepemimpinan
membicarakan bagaimana seseorangmenjadi pemimpin atau bagaimana timbulnya
seorang pemimpin. Ada beberapa teori
tentang kepemimpinan, di antaranya ialah :
A. Teori
Genetie
Inti dari teori ini
tersimpul dalam mengadakan "leaders are born and not made".
bahwa penganut teori
ini mengatakan bahwa
seorang pemimpin akan
karena ia telah dilahirkan dengan bakat pemimpin.Dalam
keadaan bagaimana pun seorang ditempatkan pada suatu waktu ia akan menjadi
pemimpin karena iadilahirkan untuk itu. Artinya takdir telah menetapkan ia
menjadi pemimpin.
B. Teori
Sosial
Jika teori
genetis mengatakan bahwa
"leaders are born
and not made",
make penganut-penganut sosial mengatakan sebaliknya yaitu :
"Leaders are made and not born". Penganut-penganut teori ini
berpendapat bahwa setiap orang akan dapat menjadi pemimpin apabila diberi
pendidikan dan kesempatan untuk itu.
C. Teori
Ekologis
Teori ini
merupakan penyempurnaan dari
kedua teori genetis
dan teori sosial. Penganut-penganut teori
ini berpendapat bahwa
seseorang hanya dapat
menjadi pemimpin yang baik
apabila pada waktu
lahirnya telah memiliki
bakat-bakat kepemimpinan,
bakat mana kemudian
dikembangkan melalui pendidikan
yang teratur dan pangalaman-pengalaman yang
memungkinkannya untuk mengembangkan
lebih lanjut bakat-bakat yang memang telah dimilikinya itu. Teori ini
menggabungkan segi-segi positif dari kedua teori genetis dan teori sosial dan dapat
dikatakan teori yang
paling baik dari
teori-teori kepemimpinan. Namun demikian penyelidikan
yang jauh yang
lebih mendalam masih diperlukan
untuk dapat mengatakan secara
pasti apa faktor-faktor yang menyebabkan
seseorang timbul sebagai pemimpin yang baik.
8.
Syarat
Pemimpin Yang Baik
Hasil dari
penelitian menunjukkan bahwa
seorang yang tergolong
sebagai pemimpin adalah seorang
yang pada waktu
lahirnya telah diberkahi dengan
bakat-bakat kepemimpinan dan
karirnya mengembangkan bakat genetisnya melalui pendidikan
pengalaman kerja.. Walaupun belum ada kesatuan pendapat antara para ahli
mengenai syarat-syarat ideal yang harus dimiliki oleh seorang pemimpin, akan
tetapi beberapa di antaranya yang terpenting adalah sebagai berikut :
A. Pemimpin
yang mempunyai pengikut.
B. Pemimpin
yang dicintai dan dikagumi,ia adalah orang yang menggugah pengikutnya untuk
melakukan hal-hal yang besar, tujuannya bukanlah mencapai popularitas tetapi
menghasilkan sesuatu.
C. Pemimpin
itu nyata,mereka adalah orang-orang yang memberi teladan.
D. Kepemimpinan
bukanlah jabatan,hak istimewa,gelar atau uang.kepemimpinan adalah tanggung
jawab.
E. Memiliki
inteligensi yang tinggi dan pendidikan umum yang luas
F. Bersifat
ramah tamah dalam tutur kata, sikap, dan perbuatan
G. Berwibawa
dan memiliki daya tarik
H. Sehat
jasmaniah maupun rohaniah (fisik maupun mental)
I. Kemampuan
analistis
J. Memiliki
daya ingat yang kuat
K. Mempunyai
kapasitas integratif
L. Keterampilan
berkomunikasi
M. Keterampilan
mendidik
N. Personalitas
dan objektivitas
O. Jujur
(terhadap diri sendiri, atasan, bawahan, sesama pegawai)
9.
Prinsip
Kepemimpinan
A. Tentukan
sasaran dan tujuan bersama anggota kelompok.
B. Bantu
anggota untuk mencapai tujuan/sasaran kelompok.
C. Koordinasi
kegiatan kerja.
D. Bantu
anggota agar dapat menyesuaikan diri dengan kelompok.
E. Tunjukkkan
bahwa orientasi kita adalah kelompok, bukan perorangan.
F. Tunjukkan
perhatian manusiawi.
10.
Ciri
Umum Pemimpin yang Berhasil
A. Kelancaran
berbicara
1) Perbendaharaan
kata yang luas
2) Kemampuan
berkomunikasi baik (= dalam bahasa anggotanya)
B. Kemampuan
untuk memecahkan masalah
Masalah = persoalan
anggota
C. Kesadaran
akan kebutuhan anggota
1) Kebutuhan
anggota sering dinyatakan atau tidak.
2) Memberi
suasana sehingga anggota percaya pada pemimpin.
D. Keluwesan
1) Fleksibel-mudah
menyesuaikan diri.
2) Mampu
memecahkan akibat perubahan dengan cara kreatif.
E. Kesediaan
menerima tanggung jawab
Mampu menyelesaiakan
tugas dan menyerahkan hasil kepada anggota.
F. Ketrampilan
sosial
Menghadapi orang
lain/pendapatatnya.
G. Kesadaran
akan diri dan lingkungannya.
Mengenal diri dengan
baik; Asertif; Peka terhadap lingkungan.
11.
Tantangan
Besar Kepemimpinan
A. Visi
organisasi yang lemah.
B. Perilaku
kepemimpinan yang inkonsisten
C. Kurang
nya kader pemimpin.
D. Kompetensi
manajemen yang usang.
E. Buruknya
“keterkaitan”antara unit-unit kerja dengan tujuan organisasi.
F. Kurangnya
kesatuan dan kerja sama.
G. Ketidakmampuan
untuk mengelola konflik secara efektif.
12.
Hambatan
Dalam Kepemimpinan
A. Fakor
internal
Kurangnya motivasi
dari pemimpin itu
sendir, emosi yang
tidak stabil, tidak percata diri, takut dalam mengambil
resiko, terbatasnya kecakapan pemimpin.
B. Fakor
eksternal
Tidak adanya
dukungan dari orang
terdekat, tidak adanya
dukungan dari bawahan, terlalu
banyak tekanan.
Daftar Pustaka :
Nawawi,H.
Hadari,M.M.(1993). Kepemimpinan Yang
Efektif. Yogyakarta : Gadjah Mada University
Press.
Anoraga,P.(2003).Psikologi Kepemimpinan.Jakarta:Aneka
Cipta
Haryatmoko.(2014).Etika Politik Dan Kekuasaan.Jakarta:
Kompas
Nahiyah
Tidak ada komentar:
Posting Komentar