Senin, 24 Oktober 2016

Tugas 3 : Analisis Gaya Kepemimpinan, Kekuasaan dan Kepemimpinan



Analisis Gaya Kepemimpinan
a.       Soekarno
Gaya kepemimpinan Soekarno adalah tipe kharismatik karena dia memiliki semangat pantang menyerah dan rela berkorban demi persatuan dan kesatuan kemerdekaan bangsanya. Selain itu Soekarno memiliki sifat percaya diri yang kuat, penuh daya tarik sehingga memiliki pengikut yang jumlahnya sangat besar, penuh inovatif dan inisiatif. Sehingga dia pernah menjadi panutan bagi semua masyarakat.
b.      Soeharto
Gaya kepemimpinan Soeharto adalah gaya kepemimpinan otoriter disebut juga dengan kepemimpinan diktaktor, dimana pemimpin adalah penguasa. Soeharto lebih memusatkan perhatiannya ke bidang produksi tanpa memikirkan bawahannya. Pada masa pemerintahan Soeharto rakyat tidak bisa mengutarakan pendapat mereka sehingga kebebasan rakyat dibatasi oleh banyaknya aturan yang berlaku di masyarakat. Selain itu pemerintahan Soeharto juga di tandai dengan praktik otoritarian dimana tentara memiliki peran dominan.
c.       Susilo Bambang Yudhoyono
Gaya kepemimpinan Susilo Bambang Yudhoyono adalah gaya kepemimpinan demokratis karena dia menghargai kemampuan apa yang dimiliki oleh bawahannya dan dia juga menerima kritikan dari beberapa pihak, berusaha mendengar pendapat dari orang lain dan menganalisis pendapat yang dia dapat dan mengambil keputusan apakah pendapat itu baik atau tidak. Selain itu SBY juga melibatkan anggotanya dalam mengambil keputusan saat ada masalah tetapi keputusan tetap berada ditangannya.
d.      Joko Widodo
Gaya kepemimpinan Joko Widodo adalah pemimpin yang berani menanggung resiko dan berani memperjuangkan apa saja. Kepemimpinan Jokowi hampir sama dengan halnya dengan kepemimpinan Soekarno karena Jokowi sering blusukan ketempat masyarakat yang kurang mampu, makan bersama dengan masyarakat. Selain itu Jokowi juga jujur, sederhana, apa adanya, turun mencari masalah dan mencari solusi dari masalah tersebut. Gaya kepemimpinan Jokowi berbeda dengan presiden yang lainnya karena dia ikut merasakan apa yang dirasakan oleh masyarakat dengan bermacet – macetan di jalan, serta menumbuhkan ikatan yang lebih kuat denga masyarakat. Selain itu Jokowi juga memiliki kepemimpinan yang melayani masyarakat dengan baik.  



Psikologi Manajemen
 
Dosen :
Natalia Konradus

Nama Kelompok :
1.         Andinta Castine Putri                   (11514093)
2.         Aulia Dika Widiasi                        ( 11514811)
3.         Brenda Amelia Panggabean          (12514221)
4.         Elfa Inkabaturia Ciptanti             (13514486)


Kelas : 3PA18


FAKULTAS PSIKOLOGI / JURUSAN PSIKOLOGI
UNIVERSITAS GUNADARMA
TAHUN AJARAN 2015/2016

KEKUASAAN

 
1.    Pengertian Kekuasaan
       Kekuasaan adalah kemampuan mempengaruhi perilaku, mengubah peristiwa, mengatasi perilaku dan meminta orang melakukan sesuatu yang tidak ingin mereka lakukan (Pfeffer, dalam Haryatmoko 2005:482). Kekuasaan adalah potensi/ kapasitas dari satu pihak (agen) untuk mempengaruhi pihak lain (target) (Robbins, dalam Haryatmoko 1996, 2:84).
       Menurut C. Wright Mills, kekuasaan adalah dominasi, yaitu kemampuan untuk melaksanakan kemauan sekalipun oranglain menentangnya (T. Liang Gie, dalam Haryatmoko 1986:20). Menurut Max Weber, kekuasaan adalah kemampuan untuk dalam suatu hubungan sosial, melakukan kemauan sendiri sekalipun mengalami perlawanan dan apa-pun dasarkemampuan ini (M. Budiardjo, dalam Haryatmoko ed., 1983:16).
       Kekuasaan adalah kemampuan untuk menggunakan pengaruh pada orang lain, artinyakemampuan untuk mengubah sikap atau tingkah laku individu atau kelompok. Kekuasaan juga berarti kemampuan untuk mempengaruhi individu, kelompok, keputusan, atau kejadian.
       Kekuasaan adalah fakta penting dari kehidupan organisasi. Manajer tidak  hanya harus menerima dan memahaminya sebagai bagian dari pekerjaan , tetapi harus juga belajar cara menggunakannya tanpa menyalahgunakannya untuk mencapai sasaran sendiri dan organisasi.
2.    Hakekat Kekuasaan
       Dalam  setiap  hubungan  antara  manusia  maupun  antar  kelompok  sosial,  selalu tersimpul pengertian-pengertian kekuasaan dan wewenang; Kekuasaan, dalam istilah umum disebut sebagai  power,  diartikan sebagai suatu kemampuan untuk mempengaruhi pihak lain menurut  kehendak  yang  ada  pada  pemegang  kekuasaan  tersebut,  kekuasaan  itu  juga mencakup  baik  suatu  kemampuan  untuk  memerintah  (agar  yang  diperintah  itu  patuh) .
       Dalam kehidupan masyarakat  Indonesia  yang masih menyelenggarakan keberlakuan hukum  adat,  biasanya  pada  bentuk  masyarakat  yang  masih  sederhana  dan  jauh  dari peradaban  modern,  dimana  semua  kekuasaan,  pemerintahan,  ekonomi  dan  sosial dipercayakan  kepada  kepala-kepala  masyarakat-masyarakat  hukum  adat  tadi  untuk seumur hidup (biasanya juga berlaku pola pewarisan kepemimpinan). Kerana luasnya kekuasaan  dan  karena  besarnya  kepercayaan  yang  menyeluruh  dari  masyarakat hukum adat kepada kepala-nya tadi, maka pengertian kekuasaan dan pengertian orang yang memegangnya lebur menjadi satu.
       Dalam bentuk masyarakat seperti ini agaknya sukar  untuk  membedakan  batas-batas  antara  kekuasaan  (yang  tidak  resmi)  dengan wewenang (yang resmi)   juga untuk memberikan keputusan-keputuasan yang secara langsung maupun tidak langsung akan  mempengaruhi  tindakan-tindakan  pihak  lainnya.
       Max  Weber  mengatakan,  bahwa kekuasaan  adalah  kesempatan  dari  seseorang  atau  sekelompok  orang-orang  untuk menyadarkan  masyarakat  akan  kemauan-kemauannya  sendiri,  dengan  sekaligus menterapkannya  terhadap  tindakan-tindakan  perlawanan  dari  orang-orang  atau  golongangolongan tertentu.
       Kekuasaan  tersebut  mempunyai  berbagai  bentuk  dengan  bermacam-macam  sumber; hak milik kebendaan, kedudukan, birokrasi, disamping misalnya suatu kemampuan khsusus dalam bidang-bidang ilmu pengetahuan yang tertentu ataupun atas dasar peraturan-peraturan hukum  yang  tertentu,  merupakan  sumber-sumber  kekuasaan.  Jadi  kekuasaan  terdapat dimana-mana, dalam hubungan –hubungan sosial maupun oraganisasi-organisasi sosial, akan tetapi  umumnya  kekuasaan  tertinggi  ada  pada  organisasi  yang  disebut  dengan  “negara”, secara resmi negara itu mempunyai hak untuk melaksanakan kekuasaan tertinggi, kalau perlu dengan  paksaan;  juga  negaralah  yang  membagi-bagikan  kekuasaan-kekuasaan  yang  lebih rendah derajatnya.
3.    Sumber-Sumber Kekuasaan
A.    Kekuasaan Penghargaan (Reward power)
kekuasaan yang bersumber pada kemampuan orang mengontrol sumberdaya dan memberikan imbalan pada orang lain
B.     Kekuasaan koersif (Coercive power)
kekuasaan yang bersumber pada kemampuan dalam menggunakan ancaman dan hukuman.
C.     Kekuasaan Legitimasi (Legitimate power)
kekuasaan yang bersumber pada hak atau wewenang resmi dalam organisasi.
D.    Kekuasaan Keahlian (Expert power)
kekuasaan yang bersumber pada kemampuan spesifik (keahlian) dalam bidang tertentu.
E.     Kekuasaan Referen (Referent power)
kekuasaan yang bersumber pada ciri khas kepribadian tertentu.
4.    Strategi Kekuasaan
A.    Tahap I :
Atasan dan bawahan saling berupaya menciptakan saling pengaruh mempengaruhi (influence system)
B.     Tahap II :
Atasan dan bawahan saling berupaya menciptakan rasa ketergantungan (dependency system)
C.     Tahap III :
Tercipta sistem kepatuhan dan loyalitas (obedience and loyality system)
D.    Tahap IV :
Jika gagal atau tidak terjadi kepatuhan atau ketidak loyalitasan, maka dipergunakan otoritas atau kewenangan kekuasaan sebagai bagian perilaku politik

5.    Secara Umum Ada Dua Bentuk Kekuasaan:
A.  Pertama : kekuasaan pribadi, kekuasaan yang didapat dari para pengikut dan didasarkan pada seberapa besar pengikut mengagumi, respek dan terikat pada pemimpin.
B.  Kedua : kekuasaan posisi, kekuasaan yang didapat dari wewenang formal organisasi,besarnya  kekuasaan  ini  tergantung  pada  besarnya  pendelegasian  orang  yang menduduki posisi tersebut

6.    Kekuasaan tidak begitu saja diperoleh individu, ada 6 sumber kekuasaan menurut John Brench dan Bertram Raven, yaitu :
A.  Kekuasaan menghargai (reward power)
Kekuasaan yang didasarkan pada kemampuan seseorang pemberi pengaruh untuk memberi penghargaan pada orang lain yang dipengaruhi untuk melaksanakan perintah. (bonus sampaisenioritas atau persahabatan).
B.  Kekuasaan memaksa (coercive power)
Kekuasaan berdasarkan pada kemampuan orang untuk menghukum orang yang dipengaruhikalau tidak memenuhi perintah atau persyaratan. (teguran sampai hukuman).
C.  Kekuasaan sah (legitimate power)
Kekuasaan formal yang diperoleh berdasarkan hukum atau aturan yang timbul dari pengakuanseseorang yang dipengaruhi bahwa pemberi pengaruh berhak menggunakan pengaruhsampai pada batas tertentu.
D.  Kekuasaan keahlian (expert power)
Kekuasaan yang didasarkan pada persepsi atau keyakinan bahwa pemberi pengaruh mempunyai keahlian relevan atau pengetahuan khusus yang tidak dimiliki oleh orang yangdipengaruhi. (professional atau tenaga ahli).
E.   Kekuasaan rujukan (referent power)
Kekuasaan yang dimiliki oleh seseorang atau kelompok yang didasarkan pada indentifikasi pemberi pengaruh yang menjadi contoh atau panutan bagi yang dipengaruhi. (karisma,keberanian, simpatik dan lain-lain).
F.   Kekuasaan Pengendalian Informasi (Control Of Information power)
Berasal dari pengetahuan yang tidak dimiliki orang lain, ini dilakukan denganpemberian atau penahanan informasi yang dibutuhkan.
7.    Bagaimana Menangani Kekuasaan
       Pandangan kekuasaan dengan wajah negatif mengartikan kekuasaan sebagai mempunyai kekuasaan atas diri orang lain yang kurang beruntung dan menganggap orang sebagai tidak lebih dari pion untuk digunakan atau dikorbankan kalau ada kebutuhan untuk itu. Pandangan ini akanmenyebabkan kegagalan bagi pengguna kekuasaan, karena orang yang dijadikan pion cenderung akan menentang wewenang atau menerima dengan sangat pasif. Apapun yang terjadi nilainya bagi manajer amat terbatas.
       Wajah positif kekuasaan  yang paling baik dicirikan dengan perhatian untuk struktur kelompok. Manajer akan mendorong anggota kelompok untuk mengambangkan kekuatan dan kompetensi yang diperlukan untuk menjadi sukses sebagai individu dan sebagai anggota dari organisasi.
8.    Karakteristik kunci menangani kekuasaan dengan sukses (John P Kotter) :
A.  Peka terhadap sumber kekuasaan mereka,  menjaga tindakan tetapi tetap kosistendengan harapan orang.
B.  Mengakui perbedaan biaya, resiko dan manfaatdari lima kekuasaan dasar, menggunakan dasar kekuasaan manapun yang sesuai dengan situasi atau orang tertentu.
C.  Menghargai bahwa setiap dasar kekuasaan mempunyai keunggulan, mencobamengembangkan keterampilan dan kredibilitas mereka sehingga dapat menggunakanmetode apa pun yang paling baik.
D.  Mempunyai sasaran karier yang membuat mereka mengembangkan dan menggunakan kekuasaan, membuat orang merasa tergantung padanya, dan menggunakan salah satutipe kekuasaan yang paling mungkin untuk dipakai.
E.   Bertindak secara dewasa dan mengembangkan kendali diri, menghindari menonjolkankekuasaan secara angkuh dan mencoba untuk bertindak tidak kasar bila tidakdiperlukan.
F.   Memahami bahwa kekuasaan perlu untuk melaksanakan pekerjaan, merasa senangmenggunakan kekuasaan untuk mendorong keberhasilan pelaksanaan  tugasorganisasi. Kekuasaan menjadi mudah terlembaga, tetapi bagi mereka yang dipercaya orang lain,memiliki kekuasaan kelihatannya lebih mudah untuk mempengaruhi orang lain.
9.    Arti Kunci Kekuasaan (Rosabeth Moss Kanter) :
A.    Aktivitas luar biasa, membuat perubahan, menempati suatu posisi atau berhasil mengambilresiko yang besar akan mendorong kepemilikan kekuasaan.
B.     Visibilitas, menjadi dikenal atau memperoleh kesempatan diperkenalkan dengan pemegangkekuasaan akan mendorong kesuksesan menggunakan kekuasaan yang dimiliki.
C.     Relevansi, memiliki kekuasaan yang berhasil berarti mampu meyelesaikan masalahorganisasi yang otentik atau akurat.
D.    Sponsor, mempunyai sponsor atau mentor- seseorang memberi nasehat kepada andamengenai cara agar behasil dalam organisasi- dapat menjadi sumber kekuasan informal,terutama bila sponsor menikmati kekuasaan yang cukup besar
10.    Bentuk-Bentuk Kekuasaan
     Bentuk  dan  sistem  kekuasaan  pada  dasarnya  selalu  menyesuaikan  diri  pada masyarakat dengan adat istiadat dan pola-pola perikelakuannya, kekuasaan itu dianggap perlu ada  dalam  masyarakat  didasarkan  pada  kekhawatiran  terjadinya  disintegrasi  dalam masyarakat, bentuk integrasi mana yang dipertahankan oleh tata tertib sosial yang dianggap hanya bisa dijalankan oleh penguasa. Semakin banyaknya jumlah manusia, sehingga orang mulai  sadar  bahwa  keteraturan  atau  ketertiban  masyarakat  tidak  bisa  menggunakan  pola penguasaan di bawah satu tangan, akan tetapi harus ada pembagian kekuasaan, seperti yang dikemukakan oleh seorang  ahli sosiologi, Robert M. Mc  Iver,dalam Haryatmoko (1954), bahwa kekuasaan itu ada  dalam  bentuk  lapisan-lapisan  atau  piramida.  Kekuasaan  bukanlah  semata-mata  berarti bahwa  banyak  orang  tunduk  di  bawah  seorang  penguasa,  kekuasaan  selalu  berarti  suatu sistem  berlapis-lapis  yang  bertingkat  (hierarkis).  Mc.  Iver  menggambarkan  kekuasaan  itu dalam tiga pola umum dari sistem lapisan-lapisan atau piramida kekuasaan, yaitu :
A.  Type Kasta
Adalah suatu sistem lapisan kekuasaan dengan garis-garis pemisah yang tegas dan kaku, tipe semacam  ini  biasanya  ditemukan  pada  bentuk-bentuk  masyarakat  yang  berkasta,  dimana hampir tidak terjadi gerak sosial vertikal; garis-garis pemisah antara masing-masing lapisan relatif tidak mungkin di tembus.Pada  puncak  piramida,  duduk  penguasa  tertinggi  dengan  orang-orang  disekitarnya,  yang didukung oleh bangsawan, tentara dan para pendeta; lapisan berikutnya terdiri dari pegawai yang  bekerja  di  pemerintahan;  lapisan  yang  paling  banyak  anggotanya  adalah  lapisan  para petani,  buruh  tani  yang  kemudian  didikuti  dengan  lapisan  terendah  yang  terdiri  dari  para budak.
B.  Tipe Oligarkhis
Hampir  seperti  tipe  kasta,  yaitu  dengan  garis-garis  pemisah  yang  tegas,  akan  tetapi disini  dasar  pembedaan  kelas-kelas  sosial  lebih  ditentukan  oleh  kebudayaan  masyarakat; walaupun  masih  memuat  unsur  pewarisan  kedudukan  menurut  kelahiran  (ascribe  status) namun  anggota  masyarakat  diberikan  peluang  untuk  memperoleh  kekuasaan-kekuasaan tertentu,  sistem  yang  berlaku  pada  masyarakat  ini  lebih  memberikan  peluang  mobilitas vertikal pada warganya.Kelas menengah mempunyai warga yang paling banyak; industri, perdagangan dan keuangan memegang peranan yang lebih penting. Ada beberapa macam cara di mana warga-warga dari lapisan  bawah  untuk  naik  ke  lapisan  atasnya,  dan  juga  ada  kesempatan  bagi  warga-warga lapisan menengah untuk menjadi penguasa. Tipe semacam di atas dijumpai pada masyarakat masyarakat  yagn  bersifat  feodal  yagtelah  berkembang;  satu  variasi  dari  tipe  ke  dua  ini dijumpaipada negara-negara yang didasarkan pada aliran fasisme dan sebagian negara-negara totaliter; bedanya adalah bahawa kekuasaan yang sebenarnya, beradadi tangan partai politik yang mempunyai kekuasaan yang menentukan.
C.  Tipe Demokratis
Menunjuk  pada  kenyataan  akan  adanya  garis-garis  pemisah  antara  lapisan-lapisan yang sifatnya mobil sekali; kelahiran tidak menentukan seseorang harus dan bisa bagaimana, yangerpenting adalah kemampuannya dan kadang-kadang pula faktor keberuntungan, untuk banyak  kasus  terbukti  berasal  dari  berbagai  partai  politik,  yang  dalam  suatu  masyarakat demokratis banyak mencapai kedudukannya dengan media partai politik ini.
Gambaran dari pola kekuasaan tersebut di atas merupakan tipe ideal yang dalam kenyataan dan  perwujudannya  tidak  jarang  mengalami  penyimpangan-penyimpangan,  hal  mana terutama disebabkan oleh karena setiap masyarakat mengalami perubahan-perubahan sosial dan kebudayaan. Setipa perubahan sosial dan kebudayaan memerlukan suatu perubahan pula dalam  pola  piramida  kekuasaan,  yaitu  untuk  dapat  memenuhi  kebutuhan-kebutuhan masyarakat sesuai dengan perkembangan yang dialaminya.
11.    Unsur-Unsur Kekuasaan
Soerjono  Soekanto  (1983)  mengambarkan  beberapa  unsur  kekuasaan  yang  dapat dijumpai pada hubungan sosial antara manusia maupun antar kelompok, yaitu yang meliputi :
A.  Rasa Takut
Perasaan  takut  pada  seseorang  pada  orang  lain  menimbulkan  suatu  kepatuhan  terhadap segala  kemauan  dan  tidakan  pada  orang  yang  ditakuti  tadi;  rasa  takut  ini  bernuansa negatif,  karena  orang  tersebut  tunduk  pada  orang  lain  dalam  keadaan  yang  terpaksa. Untuk  menghindari  dari  hal-hal  yang  dapat  merugikan  dirinya,  seseorang  atau sekelompok orang akan patuh atau berbuat apa saja sesuai dengan keinginan fihak yang ditakutinya.  Disamping  kepatuhan,  adakalanya  secara  disadari  atau  tidak  orang  atau sekelompok  orang  itu  meniru  tindakan  orang-orang  yang  ditakuti  (disebut  sebagai matched  dependend  behavior)  .  Rasa  takut  merupakan  gejala  umum  yang  terdapat dimana-mana,   dan  bila  dilekatkan  pada  suatu  pola  pemerintahan  negara  rasatakut  ini biasanya dipergunakan sebaik-baiknya dalam masyarakat dengan pemerintahan otoriter.
B.  Rasa Cinta
Unsur  kekuasaan  dengan  perasaan  cinta  menghasilkan  perbuatan-perbuatan  yang bernuansa  positif,  orang-orang  dapat  bertindak  sesuai  dengan  keinginan  yang  berkuasa, masing-masing fihak tidak merasakan dirugikan satu sama lain. Reaksi kedua belah fihak, yaitu  antara  kekuasaan  dan  yang  dikuasai,  bersifat  positif,  dari  keadaan  ini  maka  suatu sistem kekuasaan dapat berjalan dengan baik dan teratur.
C.  Kepercayaan
Suatu  kepercayaan  dapat  timbul  sebagai  hasil  hubungan  langsung  dari  dua  orang  atau lebih,  satu  fihak  secara  penuh  percaya  pada  fihak  lainnya,  dalam  hal  ini  pemegang kekuasaan, terhadap segenap tindakan sesuai dengan peranan yang dilakukannya; dengan kepercayaannya  ini  maka  orang-orang  akan  bertindak  sesuai  dengan  apa  yang dikehendaki  oleh  penguasa.  Unsur  kepercayaan  ini  penting  ditumbuhkan  untuk melanggengkan suatu bentuk kekuasaan.
D.  Pemujaan
Suatu perasaan cinta atau sistem kepercayaan mungkin pada suatu saat  dapat disangkal oleh orang lain; akan tetapi dalam sistem pemujaan, maka seseorang, sekelompok orang, bahkan  hampir  seluruh  warga  masyarakat   akan  selalu  menyatakan   pembenaran  atas segala tindakan dari penguasanya, ke dalam maupun ke luar masyarakat.
12.     Saluran-Saluran Kekuasaan
Kekuasaan itu dilaksanakan dengan melalui saluran-saluran atau media tertentu, yaitu yang meliputi saluran :
A.  Militer
Untuk  melaksanakan  kekuasaannya,  maka  fihak  penguasa  akan  lebih  banyak mempergunakan  pola  paksaan  (coercion)  serta  kekuatan  militer  (military  force),  tujuan utamanya adalah untuk menimbulkan rasa takut dalam diri masyarakat, sehingga mereka tunduk  kepada  keinginan  penguasa  atau  sekelompok  orang  yang  dianggap  sebagai penguasa;  untuk  kepentingan  itu,  maka  seringkali  di  bentuk  oraganisasi  dan  pasukanpasukan khususyang bertindak sebagai dinas rahasia.
B.  Ekonomi
Penguasa  berusaha  menguasai  kehidupan  masyarakat  dengan  melakukan  pendekatanpendekatan dengan menggunakan saluran-saluran ekonomi; dengan pola penguasaan ini maka  penguasa dapat melaksanakan  peraturan-peraturannya  serta  akan  menyalurkan pemerintahannya dengan disertai sanksi-sanksi tertentu. Bentuknya bisa berupa monopoli, penguasaan sektor-sektor penting dalam masyarakat, atau penguasaan kaum buruh.
C.  Politik
Melalui  saluran  politik,  penguasa  dan  pemerintah  berusaha  untuk  membuat  peraturanperaturan yang harus ditaati oleh masyrakat, caranya antara lain dengan meyakinkan atau memaksa  masyarakat  untuk  mentaati  peraturan-peraturan  yangdibuat  oleh  badan-badan yang berwenang dan sah.
D.  Tradisi
Saluran  tradisi  ini  biasanya  merupakan  saluran  yang  paling  disukai,  karena  ada keselarasan antara nilai-nilai yang diberlakukan dengan kebiasaan-kebiasaan atau tradisi dalam suatu masyarakat, sehingga pelaksanaan kekuasaan dapat berjalan dengan lancar.
E.   Ideologi
Penguasa-penguasa  dalam  masyarakat  biasanya  mengemukakan  serangkaian  ajaranajaran  atau  doktrin-doktrin,  yang  bertujuan  untuk  menerangkan  dan  sekaligus  memberi dasar  pembenaran  bagi  pelaksanaan  kekuasaannya;  hal  itu  dilakukan  agar  supaya kekuasaannya dapat menjelma menjadi wewenang. Setiap penguasa akan berusaha untuk dapat  menerangkan  ideologinya  tersebut  dengan  sebaik-baiknya  sehingga  melembaga (institutionalized)  bahkan  mendarah  daging  (internalized)  dalam  diri  warga-warga masyarakat.
F.   Saluran-saluran lain
Untuk  lebih  menyalurkan  pengaruhnya,  penguasa  biasanya  tidak  hanya  terbatas menggunakan saluran-saluran seperti di atas, tetapi menggunakan berbagai saluran lain, yaitu  yang  berupa  komunikasi  massa  baik  berupa  iklan,  pamflet,  surat  kabar,  radio, televisi,  pagelaran  musik,  atau  apa  saja  yang  dapat  menarik  simpati  massa.  Kemajuan yang sangat pesat di bidang teknologi alat-alat komunikasi massa, menyebabkan bahwa saluran  tersbut  pada  akhir-akhir  ini  dianggap  sebagai  media  primer  sebagai  saluranpelaksanaan kekuasaan.
13.    Cara-Cara Mempertahankan Kekuasaan
     Sepertinya sudah menjadi kesepakatan orang banyak, bahwa untuk menyelenggarakan
suatu  bentuk  kehidupan  dari  orang-orang  atau  kelompok-kelompok  orang  dalam  suatu persekutuan,  memerlukan  pengaturan  dalam  bentuk  norma-norma  atau  hukum  yang pelaksanaannya  dipegang  oleh  seseorang  atau  orang-orang  tertentu  dalam  masyarakat tersebut;  penyelenggaaan  ini  bisa  atas  dasar  rasa  cinta,  takut,  pemujaan  atau  kepercayaan.
     Orang  atau  kelompok  orang  yang  memegang  kekuasaan  sadar  bahwa  selain  kewajibankewajiban  yang  menjadi  tanggung  jawabnya,  dia  atau  mereka  juga  diberikan  semacam fasilitas dan hak-hak tertentu yang lebih dari orang-orang kebanyakan, dan penguasa juga sadar bahwa kekuasaannya itu pada suatu waktu mungkin akan akan hilang karena berbagai sebab; atas dasar kesadarannya inilah yang biasanya menjadi pemikiran dasar bahwa sedapat mungkin dia atau mereka mempertahankan kekuasaanya, untuk tujuan itu ditempuh beberapa
cara agar kekuasaan itu dipertahankan, yaitu melalui :
A.  Menghilangkan  segenap  peraturan-peraturan  lama,  terutama  dalam  bidang  politik, yang  dianggap  merugikan  kedudukan  penguasa.;  peraturan-peraturan  tersebut akan digantikannya  dengan  peraturan-peraturan  baru  yang  akan  menguntungkan penguasa; keadaan tersebut biasnya terjadi pada waktu akan ada pergantian kekuasaan dari seorang penguasa kepada penguasa yang lain,
B.  Mengadakan  sistem-sistem  kepercayaan  yang  akan  dapat  memperkokoh  kedudukan penguasa ataugolongannya, sistem-sistem itu meliputi ideologi, agama dan lainnya,
C.   Menyelenggarakan  administrasi  dan  birokrasi  yang  baik,  yang  dianggap  lebih memudahkan kehidupan orang banyak.
D.  Senantiasa mengadakan konsolidasi secara horisontal dan vertikalSecara khusus cara-cara penguasa dalam memperkuat kedudukannya yaitu dengan  menguasai  bidang-bidang  kehidupan  tertentu,  misalnya  menguasai  bidang ekonomi  dengan  cara  memperluas  pasaran-pasaran  perdagangan,  menambah  tenaga kerja,  menaikan  produksi,  mengadakan  perlindungan  terhadap  barang-barang produksi dan sebagainya; hal ini biasanyadilakukan dengan cara damai,
E.   Menguasai bidang-bidang kehidupan pokok dalam masyarakat dengan cara kekerasan atau  paksaan.  Maksudnya  adalah  untuk  menghancurkan  atau  menguasai  pusat-pusat kekuasaan  di  bidang-bidang  kehidupan.  Biasanya  cara-cara  ini  tidak  dapat  bertahan lama, karena pada suatu saat pasti timbul reaksi yang akan menghancurkan kekuasaan yang ada, selain bahwa kekuasaan dengan tipe demikian tidak akan bertahan lama, karena penguasa juga mempunyai batas-batas kemampuan akan kekuatannya.
Para  penguasa  biasanya  mempunyai  keahlian  di  bidang-bidang  tertentu,  seperti  di bidang  politik,  ekonomi,  militer  dan  sebagainya;  kekuasaan  yang  dipegang  seorang  ahli politik  misalnya,  adalah  terutama  mencakup  di  bidang  politik  saja.  Keadaan  semacam demikian,  yaitu  apabila  penguasa  hanya  menguasai  bidang-bidang  tertentu,  menyebabkan bahwa dia lebih mudah untuk digulingkan. Oleh sebab itu seorang penguasa seharusnya dapat pula  menguasai  bidang-bidang  lain,  selain  dari  kemampuannya  dalam  bidang  tertentu. Apabila  dia  merasa  tidak  sanggup  untuk  menguasai  bidang-bidang  kehidupan  masyarakat, maka  seyogyanya  dia  mendekati  pihak-pihak  lain  yang  ahli  dan  mengajak  mereka  untuk membentuk the rulling class tersendiri.
     Melihat  hal-hal  tersebut  di  atas,  maka  suatu  kecenderungan  bahwa  kekuasaan  itu bersifat  kumulatif,  artinya  bertumpuk  atau  berkumpul  dalam  suatu  tangan  penguasa  atau sekelompok orang-orang, merupakan hal yangwajar dalam berbagai masyarakat. Dan apabila dalam  salah  satu  bidang  kehidupan  terdapat  orang  kuat  yang  berkuasa,  maka  timbul  suatu pusat kekuasaan; untuk  mengimbangi keadaan ini, masyarakat kemudian membentuk suatu pusat-pusat  kekuasaan  lainnya,  yang  disebut  sebagai  oposisi,  perkara  sehat  atau  tidaknya oposisi  ini,  merupakan  soal  lain.  Konkurensi  terhadap  kekuasaan  yang  pada  suatu  saat memegang  tampuk  pemerintahan,  akan  selalu  ada.  Apakah  konkurensi  itu  diberlakukan secara bebas atau terbatas,semuanya tergantung dari struktur masyarakat.



KEPEMIMPINAN (LEADERSHIP)
1.    Definisi Kepemimpinan
       Kepemimpinan  dapat  diartikan  sebagai  proses  mempengaruhi  dan  mengarahkan para  pegawai  dalam  melakukan  pekerjaan  yang  telah  ditugaskan  kepada  mereka. Sebagaimana  didefinisikan  oleh  (Stoner,  Freeman,  dan Gilbert dalam Nahiyah  1995). Kepemimpinan adalah  the  process  of  directing  and  influencing  the  task  related  activities  of  group members.  Kepemimpinan  adalah  proses  dalam  mengarahkan  dan  mempengaruhi  para anggota  dalam  hal  berbagai  aktivitas  yang  harus  dilakukan.  Lebih  jauh  lagi,  (Griffin, dalam Nahiyah 2000)  membagi  pengertian  kepemimpinan  menjadi  dua  konsep,  yaitu  sebagai  proses, dan  sebagai  atribut.  Sebagai  proses,  kepemimpinan  difokuskan  kepada  apa  yang dilakukan  oleh  para  pemimpin,  yaitu  proses  di  mana  para  pemimpin  menggunakan pengaruhnya  untuk  memperjelas  tujuan  organisasi  bagi  para  pegawai,  bawahan,  atau yang dipimpinnya, memotivasi mereka untuk mencapai  tujuan tersebut, serta membantu menciptakan  suatu  budaya  produktif  dalam  organisasi.  Adapun  dari  sisi  atribut, kepemimpinan  adalah  kumpulan  karakteristik  yang  harus  dimiliki  oleh  seorang pemimpin. Oleh karena itu, pemimpin dapat didefinisikan sebagai seorang yang memiliki kemampuan  untuk  mempengaruhi  perilaku  orang  lain  tanpa  menggunakan  kekuatan, sehingga  orang-orang  yang  dipimpinnya  menerima  dirinya  sebagai  sosok  yang  layak memimpin mereka. Selain itu banyak juga pendapat dari para tokoh mengenai arti dari kepemimpinan ini, yaitu:
A.  Kepemimpinan adalah pengaruh antar pribadi yang dijalankan dalam suatu situasi tertentu, serta diarahkan melalui proses komunikasi, kearah pencapaian satu atau beberapa tujuan tertentu. (Tannenbaum, Weschler, & Massarik, 1961:24).
B.  Kepemimpinan  adalah  pembentukkan  awal  serta  pemeliharaan  struktur  dalam harapan dan interaksi (Stogdill, 1974:411).
C.  Kepemimpinan adalah peningkatan pengaruh sedikit demi sedikit pada dan berada di atas kepatuhan mekanis terhadap pengarahan rutinorganisasi ( Katz & Kahn, 1978:528).
D.  Kepemimpinan  adalah  proses  mempengaruhi  aktifitas  sebuah  kelompok  yang diorganisasi kea rah pencapaian tujuan ( Rauch & Behling, 1984:46)
E.   Kepemimpinan  adalah  sebuah  proses  memberi  arti  (pengarahan  yang  berarti) terhadap  usaha  kolektif  dan  yang  mengakibatkan  kesediaan  untuk  melakukan usaha yang diinginkan untuk mencapai sasaran ( Jacob&Jacques, 1990:281)
F.   Para  pemimpin  adalah  mereka  yang  secara  konsisten  memberi  kontribusi  yang efektif  terhadap  orde  social  dan  yang  diharapkan  dan  dipersepsikan melakukannya (Hosking, 1988:153)
G.  Kepemimpinan  sebagai  sebuah  proses  pengaruh  social  yang  dalam  hal  ini pengaruh  yang  sengaja  dijalankan  oleh  seseorang  terhadap  orang  lain  untuk menstruktur  aktifitas-aktifitas  serta  hubungan-hubungan  sebuah  kelompok  atau organisasi (Yukl, 1994:2).
2.    Perkembangan Kepemimpinan
       Kepemimpinan  merupakan  hasil  dari organisasi  sosial  yang  telah  terbentuk  dan sebagai hasil dari dinamika interaksi sosial. Sejak dulu kala terbentuknya suatu kelompok  sosial dari beberapa  orang  di  antara  warga-warga yang melakukan peranan lebih  aktif  darirekan-rekannya,  sehingga beberapa orang  tampak  lebih  menonjol  dari yang  lainnya.  Itulah  asal  mula  timbulnya kepemimpinan,  yang  kebanyakan  timbul  dan  berkembang dalam  struktur  sosial  yang kurang  stabil.
       Munculnya  seorang  pemimpin  sangat  diperlukkan  dalam  keadaan-keadaan  di  mana  tujuan  dari kelompok  sosial  yang  bersangkutan  terhalang  dan apabila  kelompok  mengalami  ancaman-ancaman  dari  luar.  Dalam  keadaan seperti itu sulit  bagi  kelompok yang  bersangkutan  untuk menentukkan  langkah-langkah  yang  harus  diambil  dalam  mengatasi  kesulitan  yang dihadapinya.
       Munculnya seorang pemimpin merupakkan hasil dari suatu proses yang dinamis sesuai  dengan  kebutuhan-kebutuhan  kelompok  tersebut.  Apabila  dalam  saat tersebut  muncul  seorang  pemimpin,  maka  kemungkinan  besar  kelompok  tersebut  akan mengalami  suatu  disintegrasi.  Tidak  munculnya  pemimpin  mungkin  karena seorang  individu  yang  diharapkan  menjadi  pimpinan,  ternyata  tidak  berhasil  membuka jalan  bagi  kelompoknya  untuk  mencapai  tujuan  dan  bahwa  kebutuhan  warganya  tidak terpenuhi.
3.    Perilaku Kepemimpinan
A.  Mengatakan :
1)   Pemimpin memastikan masalah menyelidiki, mengkaji, dan menjelaskan fakta. Setelah itu mempertimbangkan pemecahan masalah alternatif dan memilih satu cara pemecahan yang dinilai paling tepat.
2)   Anggota diberitahu apa yang harus dilakukan. Pendapatan anggota dimungkinkan untuk tidak dipertimbangkan.
B.  Menghimbau :
1)   Pemimpin membuat keputusan
2)   Ada himbauan agar anggota menerima keputusan itu.
3)   Ada penjelasan atas manfaat dari keputusan itu.
C.  Konsultasi :
1)   Pimpinan memberitahu permasalahan kepada anggota dan minta saran pemecahan masalah.
2)   Saran anggota dapat menjadi cara pemecahan masalah sementara.
3)   Pemimpin setelah mempertimbangkan saran memutuskan cara yang terbaik
D.  Bergabung :
1)   Pemimpin membicarakan masalah dan menerima keputusan anggota.
2)   Pemimpin memberikan batasan yang kemudian menggiring pada keputusan akhir
E.   Memberi :
Pemimpin menyerahkan pembicaran dan pemecahan masalah yang memuaskan dan diinginkan oleh anggota. Pemimpin mendukung keputusan asal wajar dan ada dalam batas-batas yang ditetapkan sebelumnya.
4.    Fungsi Kepemimpinan
A.  Pemimpin sebagai eksekutif ( executive Leader)
Disebut  sebagai  administrator  atau  manajer.  Fungsinya  adalah melakukan kebijaksanaan  menjadi  suatu  kegiatan, memimpin  dan  mengawasi tindakan  orang-orang  yang  menjadi  bawahannya, membuat  keputusan-keputusan yang  kemudian  memerintahkannya  untuk  dilaksanakan.  Kepemimpinan banyak ditemukan  didalam  masyarakat  dan  biasanya  bersifat  kepemerintahan,  mulai  dari  pusat sampai ke daerah-daerah memerlukkan fungsi tersebut.
B.  Pemimpin sebagai penengah
Dalam masyarakat modern, tanggung jawab keadilan terletak di tangan pemimpin dengan  keahliaanya  yang  khas  dan  ditunjuk  secara  khusus disebut dengan pengadilan.
C.  Sebagai  propagandis,  sebagai  juru  bicara,  atau  sebagai  pengarah  opini
Merupakkan  orang-orang  penting  dalam  masyarakat.  Mereka  bergerak  dalam  bidang komunikasi dan publistik yang menguasai ilmu komunikasi. Penganjur  adalah  sejenis  pemimpin  yang  memberi  inspirasi  kepada  orang  lain. Seringkali ia merupakkan orang yang pandai bergaul dan fasih berbicara.
D.  Pemimpin sebagai ahli
Pemimpin  sebagai  ahli  dapat  dianalogikan  sebagai  instruktur  atau  seorang  juru penerang,  berada  dalam  posisi  yang  khusus  dalam  hubungannya  dengan  unit  sosial dimana dia bekerja. Kepemimpinannya hanya berdasarkan fakta dan hanya pada bidang dimana terdapat fakta. Termasuk dalam kategori ini  adalah guru, petugas sosial, dosen, dokter, ahli hukum, dan sebagainya yang mencapai dan memelihara pengaruhnya karena mereka mempunyai pengetahuan untuk diberikkan kepada orang lain
E.   Pemimpin diskusi
Tipe pemimpin yang seperti ini dapat dijumpai dalamlingkungan kepemimpinan yang demokratis dimana komunikasi memegang peranan  yang sangat penting. Seseorang yang  secara  lengkap  memenuhi  kriteria  kepemimpinan  demokratis  ialah  orang  yang menerima peranannya sebagai pemimpin diskusi.
5.    Tipe – Tipe Kepemimpinan
A.  Tipe Otokratik
Dilihat  dari  persepsinya  seorang  pemimpin  yang  otokratik  adalah  seorang  yang sangat  egois.  Seorang  pemimpin  yang  otoriter  akan  menunjukkan  sikap  yang menonjol ”keakuannya”, antara lain dalam bentuk:
1)   Kecenderungan  memperlakukan  para  bawahannya  sama  dengan  alat-alat lain  ddalam  organisasi,  seperti  mesin,  dan  dengan  demikian  kurang menghargai harkat dan martabat mereka.
2)   Pengutamaan orientasi terhadap pelaksanaan dan penyelesaian tugas tanpa mengaitkan pelaksanaan tugas itu dengan kepentingandan kebutuhan para bawahannya.
3)   Pengabaian peran para bawahan dalam proses pemgambilan keputusan.
a.    Gaya kepemimpinan yang dipergunakan adalah:
a)      Menuntut ketaatan penuh dari bawahannya.
b)      Dalam menegakkan disiplin menunjukkan keakuannya.
c)      Bernada keras dalam pemberian perintah atau instruksi.
d)     Menggunakan  pendekatan  punitif  dalam  hal  terjaduinya  penyimpangan oleh bawahan.

B.  Tipe Paternalistik
Tipe  pemimpin  paternalistik  hanya  terdapat  dilingkungan  masyarakat  yang bersifat  tradisional,  umumnya  dimasyarakat  agraris. Salah  satu  ciri  utama masyarakat  tradisional  ialah  rasa  hormat  yang  tinggi  yang  ditujukan  oleh  para anggota  masyarakat  kepada  orang  tua  atau  seseorang  yang  dituakan.  Pemimpin seperti ini kebapakan, sebagai tauladan atau panutan masyarakat. Biasanya tokohtokoh  adat,  para  ulama  dan  guru.  Pemimpin  ini  sangat  mengembangkan  sikap kebersamaan.
C.  Tipe Kharismatik
Tidak  banyak  hal  yang  dapat  disimak  dari  literatur  yang  ada  tentang  kriteria kepemimpinan  yang  kharismatik.  Memang ada  karakteristiknya  yang  khas  yaitu daya tariknya yang sangat memikat sehingga mampu memperoleh pengikut yang jumlahnya  kadang-kadang  sangat  besar.  Tegasnya  seorang  pemimpin  yang kharisnatik adalah seseorang yang dikagumi oleh banyak pengikut meskipun para pengikut  tersebut  tidak  selalu  dapat  menjelaskan  secara  konkret  mengapa  orang tersebut dikagumi.
D.  Tipe Laissez
Faire Pemimpin  ini  berpandangan  bahwa  umumnya  organisasi  akan  berjalan  lancar dengan  sendirinya  karena  para  anggota  organisasi  terdiri  dari  orang-orang  yang sudah  dewasa  yang  mengetahui  apa  yang  menjadi  tujuan  organisasi,  sasaransasaran apa yang ingin dicapai, tugas yang harus ditunaikan oleh masing-masing anggota dan pemimpin tidak terlalu sering intervensi.
E.   Tipe Demokratis
1)   Pemimpin  yang  demokratik  biasanya  memandang  peranannya  selaku koordinator dan integrator dari berbagai unsur dan komponen organisasi.
2)   Menyadari bahwa mau tidak mau organisasi harus disusun sedemikian rupa sehingga menggambarkan secara jelas aneka ragam tugas dan kegiatan yang tidak bisa tidak harus dilakukan demi tercapainya tujuan.
3)   Melihat kecenderungan adanya pembagian peranansesuai dengan tingkatnya.
4)   Memperlakukan manusia dengan cara yang manusiawi dan menjunjung harkat dan martabat manusia.
6.    Ciri – Ciri Kepemimpinan
Banyak ciri-ciri pemimpin dan kepemimpinan yang ditampilkan oleh para pakar yang  meliputi  ciri-ciri  fisik,  ciri-ciri  intelektual,  dan  ciri-ciri  kepribadian.  Dr.W.A. Gerungan telah mengetengahkan ciri-ciri yang dimiliki oleh kebanyakan pemimpin yang baik  dan  dijadikan  perhatian  para  penilai  ketika  sedang  melaksanakan  penyaringan terhadap  calon-calon  pemimpin  dalam  latihan-latihan kader  kepemimpinan. Penjelasannya sebagai berikut:
A.  Persepsi Sosial
Persepsi sosial dapat diartikan sebagai kecakapan dalam melihat dan memahami perasaan,  sikap  dan  kebutuhan  anggota-anggota  kelompok.  Kecakapan  ini  sangat dibutuhkan  untuk  memenuhi  tugas  kepemimpinan.  Persepsi  sosial  ini  terutama diperlukkan  oleh  seorang  pemimpin  untuk  dapat  melaksanakan  tugasnya  dalam memberikan  pandangan  dan  patokkan  yang  menyeluruh  dari  keadaan-keadaan  didalam dan diluar kelompok.
B.  Kemampuan berpikir abstrak
Kemampuan  berpikir  abstrak  dapat  menjadikkan  indikasi  bahwa  seseorang mempunyai  kecerdasan  yang  tinggi.  Kemampuan  abstrak yang  sebenarnya  merupakan salah satu segi dari struktur intelegensi, khusus dibutuhkan oleh seorang pemimpin untuk dapat  menafsirkan  kecenderungan-kecenderungan  kegiatan  di  dalam  kelompok  dan keadaan umum diluar kelompok dalam hubungannya degan tujuan kelompok. Ini  berarti  bahwa  ketajaman  persepsi  dan  kemampuan  menganalisis  didampingi oleh kemampuan abstrak dan mengintegrasikan fakta-fakta interaksi sosial didalam dan diluar  kelompok.  Kemampuan tersebut  memerlukan taraf intelegensia  yang tinggi pada seorang  pemimpin  yang  harus  diarahkan  oleh  persepsi sosial  yang  telah  diterangkan diatas.
C.  Keseimbangan emosional
Merupakan  faktor  paling  penting  dalam  kepemimpinan. Jelasnya,  pada  diri seorang  pemimpin  harus  terdapat  kematangan  emoional yang  berdasarkan  kesadaran yang  mendalam  akan  kebutuhan-kebutuhan,  keinginan-keinginan,  cita-cita,  dan  alam perasaan,  serta  pengintegrasian  kesemuanya  itu  kedalam  suatu  kepribadian  yang harmonis. Dan ini bukanlah suatu kepribadian harmoni yang beku dan statis, melainkan suatu  harmoni  dalam  ketegangan-ketegangan  emosional,  suatu  keseimbangan  yang dinamis,  yang  dapat bergerak  kemana-mana, tetapi mempunyai dasar  yang  matang dan stabil. Kematangan emosional ini diperlukkan oleh seorang pemimpin untuk dapat turut merasakan keinginan dan cita-cita anggota kelompok  dalam rangka melaksanakan tugas kepemimpinan dengan sukses.
7.    Teori Kepemimpinan
Teori kepemimpinan membicarakan bagaimana seseorangmenjadi pemimpin atau bagaimana timbulnya seorang pemimpin. Ada beberapa  teori tentang kepemimpinan, di antaranya ialah :
A.  Teori Genetie
Inti dari teori ini tersimpul dalam mengadakan "leaders are born and not made". bahwa  penganut  teori  ini  mengatakan  bahwa  seorang  pemimpin  akan  karena  ia  telah dilahirkan dengan bakat pemimpin.Dalam keadaan bagaimana pun seorang ditempatkan pada suatu waktu ia akan menjadi pemimpin karena iadilahirkan untuk itu. Artinya takdir telah menetapkan ia menjadi pemimpin.
B.  Teori Sosial
Jika  teori  genetis  mengatakan  bahwa  "leaders  are  born  and  not  made",  make penganut-penganut sosial mengatakan sebaliknya yaitu : "Leaders are made and not born". Penganut-penganut teori ini berpendapat bahwa setiap orang akan dapat menjadi pemimpin apabila diberi pendidikan dan kesempatan untuk itu.
C.  Teori Ekologis
Teori  ini  merupakan  penyempurnaan  dari  kedua  teori  genetis  dan  teori  sosial. Penganut-penganut  teori  ini  berpendapat  bahwa  seseorang  hanya  dapat  menjadi pemimpin  yang  baik  apabila  pada  waktu  lahirnya  telah  memiliki  bakat-bakat kepemimpinan,  bakat  mana  kemudian  dikembangkan  melalui  pendidikan  yang  teratur dan  pangalaman-pengalaman  yang  memungkinkannya  untuk  mengembangkan  lebih lanjut bakat-bakat yang memang telah dimilikinya itu. Teori ini menggabungkan segi-segi positif dari kedua teori genetis dan teori sosial dan  dapat  dikatakan  teori  yang  paling  baik  dari  teori-teori  kepemimpinan.  Namun demikian  penyelidikan  yang  jauh  yang  lebih  mendalam masih  diperlukan  untuk  dapat mengatakan secara pasti apa faktor-faktor  yang menyebabkan seseorang timbul sebagai pemimpin yang baik.
8.    Syarat Pemimpin Yang Baik
Hasil  dari  penelitian  menunjukkan  bahwa  seorang  yang  tergolong  sebagai pemimpin  adalah  seorang  yang  pada  waktu  lahirnya  telah diberkahi  dengan  bakat-bakat  kepemimpinan  dan  karirnya  mengembangkan  bakat genetisnya melalui pendidikan pengalaman kerja.. Walaupun belum ada kesatuan pendapat antara para ahli mengenai syarat-syarat ideal yang harus dimiliki oleh seorang pemimpin, akan tetapi beberapa di antaranya yang terpenting adalah sebagai berikut :
A.  Pemimpin yang mempunyai pengikut.
B.  Pemimpin yang dicintai dan dikagumi,ia adalah orang yang menggugah pengikutnya untuk melakukan hal-hal yang besar, tujuannya bukanlah mencapai popularitas tetapi menghasilkan sesuatu.
C.  Pemimpin itu nyata,mereka adalah orang-orang yang memberi teladan.
D.  Kepemimpinan bukanlah jabatan,hak istimewa,gelar atau uang.kepemimpinan adalah tanggung jawab.
E.   Memiliki inteligensi yang tinggi dan pendidikan umum yang luas
F.   Bersifat ramah tamah dalam tutur kata, sikap, dan perbuatan
G.  Berwibawa dan memiliki daya tarik
H.  Sehat jasmaniah maupun rohaniah (fisik maupun mental)
I.     Kemampuan analistis
J.     Memiliki daya ingat yang kuat
K.  Mempunyai kapasitas integratif
L.   Keterampilan berkomunikasi
M. Keterampilan mendidik
N.  Personalitas dan objektivitas
O.  Jujur (terhadap diri sendiri, atasan, bawahan, sesama pegawai)
9.    Prinsip Kepemimpinan
A.  Tentukan sasaran dan tujuan bersama anggota kelompok.
B.  Bantu anggota untuk mencapai tujuan/sasaran kelompok.
C.  Koordinasi kegiatan kerja.
D.  Bantu anggota agar dapat menyesuaikan diri dengan kelompok.
E.   Tunjukkkan bahwa orientasi kita adalah kelompok, bukan perorangan.
F.   Tunjukkan perhatian manusiawi.
10.    Ciri Umum Pemimpin yang Berhasil
A.  Kelancaran berbicara
1)   Perbendaharaan kata yang luas
2)   Kemampuan berkomunikasi baik (= dalam bahasa anggotanya)
B.  Kemampuan untuk memecahkan masalah
Masalah = persoalan anggota
C.  Kesadaran akan kebutuhan anggota
1)   Kebutuhan anggota sering dinyatakan atau tidak.
2)   Memberi suasana sehingga anggota percaya pada pemimpin.
D.  Keluwesan
1)   Fleksibel-mudah menyesuaikan diri.
2)   Mampu memecahkan akibat perubahan dengan cara kreatif.
E.   Kesediaan menerima tanggung jawab
Mampu menyelesaiakan tugas dan menyerahkan hasil kepada anggota.
F.   Ketrampilan sosial
Menghadapi orang lain/pendapatatnya.
G.  Kesadaran akan diri dan lingkungannya.
Mengenal diri dengan baik;  Asertif; Peka terhadap lingkungan.
11.    Tantangan Besar Kepemimpinan
A.  Visi organisasi yang lemah.
B.  Perilaku kepemimpinan yang inkonsisten
C.  Kurang nya kader pemimpin.
D.  Kompetensi manajemen yang usang.
E.   Buruknya “keterkaitan”antara unit-unit kerja dengan tujuan organisasi.
F.   Kurangnya kesatuan dan kerja sama.
G.  Ketidakmampuan untuk mengelola konflik secara efektif.
12.    Hambatan Dalam Kepemimpinan
A.  Fakor internal
Kurangnya  motivasi  dari  pemimpin  itu  sendir,  emosi  yang  tidak  stabil,  tidak percata diri, takut dalam mengambil resiko, terbatasnya kecakapan pemimpin.
B.  Fakor eksternal
Tidak  adanya  dukungan  dari  orang  terdekat,  tidak  adanya  dukungan  dari bawahan, terlalu banyak tekanan.

Daftar Pustaka :
Nawawi,H. Hadari,M.M.(1993). Kepemimpinan Yang Efektif. Yogyakarta : Gadjah Mada             University Press.
Anoraga,P.(2003).Psikologi Kepemimpinan.Jakarta:Aneka Cipta
Haryatmoko.(2014).Etika Politik Dan Kekuasaan.Jakarta: Kompas

Nahiyah



Tidak ada komentar:

Posting Komentar